Mohon tunggu...
Maria Aufrida Ardhieawati
Maria Aufrida Ardhieawati Mohon Tunggu... Lainnya - Halo!

Sedang mondar-mandir di depan laptop dan menikmati hari dengan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Guru-guru Gokil (2020) Tontonan Wajib Saat Pandemi

23 September 2020   19:30 Diperbarui: 23 September 2020   19:37 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: NETFLIX via ultimagz.com

Tahun 2020 menjadi tahun yang menantang bagi dunia perfilman. Film pertama garapan Dian Sastro Wardoyo mengangkat sebuah tema pendidikan. Gambaran akan pendidikan di Indonesia sengaja dituangkan ke dalam film yang berjudul 'Guru-Guru Gokil' ini.

Guru-Guru Gokil (2020) dibintangi oleh Gading Martin (Taat Pribadi), Dian Sastro Wardoyo (Nirmala), Fardina Mufti (Rahayu), Boris Bokir (Manul), Asri Welas (Indah), Kevin Ardilova (Ipang), dan Ibnu Jamil (Purnama).

Ketika mengupas sebuah film terdapat berbagai sudut pandang. Sebagai penonton, makna dan nilai yang terkandung dalam film bisa kamu lihat dari berbagai sisi.

Kali ini, kamu akan diajak untuk melihat film 'Guru-Guru Gokil' dari sudut pandang atau paradigma kritis.

Paradigma Kritis 
Menurut Lawrence Neuman (2003, h. 81) paradigma kritis itu melihat realitas sosial yang berubah dengan berbagai ketegangan, konflik pada relasi atau institusi sosial. Pandangan ini sebenarnya ingin mengungkap ketimpangan relasi sosial yang ada.

Paradigma kritis memiliki tujuan untuk memberikan kritik dan transformasi sosial. Maka penelitian menggunakan paradigma ini dapat mengupayakan suatu perubahan ke arah yang lebih positif.

Isu Pendidikan

Film Guru-Guru Gokil mengangkat sebuah isu mengenai gambaran pendidikan di perdesaan atau di daerah pelosok yang ternyata proses pembelajaran disana tidak mudah.

Pendidikan di Indonesia mungkin sudah seringkali dibahas. Namun sekarang jarang ditemukan film yang menyenggol sistem pendidikan di perdesaan. 

Problematika pendidikan di daerah perdesaan maupun di pelosok seperti kesulitan mencari guru pengganti di sekolah, gaji guru yang minim, dan pencurian uang oleh oknum-oknum tertentu.

Taat pribadi yang kesana kemari mencari kesuksesan di kota, terpaksa kembali ke sekolah tempat di mana bapaknya mengajar. Semua itu dilakukan karena Taat sangat membutuhkan uang.

"Akhirnya malaikat datang juga, saya sujud syukur. Soalnya udah hampir 2 minggu kelas kosong." -Bu Indah (Kepala Sekolah)

Dialog yang singkat mampu memberikan kamu gambaran bagaimana kesulitan mencari guru pengganti di sekolah. Jumlah guru di perdesaan itu tidak banyak.

Murid-murid yang memang ingin menimba ilmu di sekolah bisa jadi terlantarkan akibat tidak adanya guru yang mengajar. Miris? Iya. 

Kamu bisa bandingkan dengan sekolah-sekolah di kota yang memang dari segi fasilitas sangat memadahi dan ketersediaan guru mengajar pun ada.

Keadaan semakin pelik ketika uang yang seharusnya digunakan untuk menggaji guru di sekolah itu, dirampok.

sumber : dokumen pribadi
sumber : dokumen pribadi
"Saya minta maaf atas kejadian ini. Saya pasti akan secepatnya cari jalan keluar. Pak Eko, saya minta maaf, Bu manggar, maafin saya uangnya tidak cukup. Pak Manul mau pulang kampung, Bu Nirmala mau punya bayi." -Bu Indah (Kepala Sekolah)

Disitu, kamu bisa melihat bahwa guru-guru di desa selain mengajar, mereka juga memiliki kepentingan-kepentingan lainnya. Gaji seorang guru kita tahu, itu minim.

Realitas yang digambarkan sungguh memprihatinkan.  Tanpa gaji, guru-guru di sana sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Dian Sastro Wardoyo sebagai produser, bersama tim melakukan riset terlebih dahulu dengan melakukan wawancara kepada guru-guru. Semua itu dilakukan supaya benar-benar mendapatkan realita dunia pendidikan saat ini.

Menariknya, Taat Pribadi sebagai tokoh utama yang baru saja menjadi guru pengganti di sekolah itu, berusaha memberikan ketenangan pada guru-guru lainnya bahwa uang itu pasti akan kembali.

"Jangan suka kasih harapan-harapan kosong ke guru, mereka itu orang susah." -Pak Purnama

Perkataan tersebut bisa dibilang cukup menohok. Bahwa memang realita mengatakan kehidupan guru-guru di desa itu sulit. Pekerjaan mengajar dengan dedikasi tinggi tetapi tidak seimbang dengan gaji yang diberikan.

Menilik Lebih Jauh Cerita Guru-Guru Gokil (2020)

Hal yang ingin dikritisi dari film ini adalah ketimpangan sosial di dunia pendidikan saat ini. Film Guru-Guru Gokil menyuguhkan sejumlah fakta dari awal cerita, yang semakin kompleks begitu sampai di tengah-tengah film.

Ketegangan-ketegangan seperti perampokan gaji guru di sekolah, kekhawatiran para guru yang tidak bisa melanjutkan hidupnya. Padahal di saat yang bersamaan, murid-murid masih membutuhkan mereka.

Film ini berusaha membongkar apa yang selama ini jarang diketahui masyarakat akan realitas yang terjadi di lapangan, khususnya dalam bidang pendidikan di daerah perdesaan maupun pelosok.

Mungkin sudah bertahun-tahun kita berkutat pada rencana memajukan pendidikan di Indonesia. Faktanya? Masih belum. Film ini juga bisa menjadi bentuk kritik akan sistem pendidikan di negara kita ini yang masih memerlukan perubahan.

sumber : https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200821175110-220-537935/review-film-guru-guru-gokil
sumber : https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200821175110-220-537935/review-film-guru-guru-gokil
Ketulusan seorang guru dalam film ini nampak jelas ketika Taat, Bu Rahayu, Pak Manul, dan Bu Nirmala memperjuangkan uang mereka yang dirampok. 

Di samping realitas yang pelik, profesi guru bukan hanya sekedar guru. Mereka dengan segenap hati dan ketulusan ada untuk murid-muridnya dalam menimba ilmu di sekolah.

Film ini memberikan nilai yang baik untuk kita refleksikan. Apakah kamu sudah menghargai guru, dosen ketika mereka mengajar? Kamu bisa menjawabnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun