Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghalau Stigma dalam Krisis Pandemi Covid-19

28 Mei 2020   20:31 Diperbarui: 28 Mei 2020   21:05 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun kosong (dokumen pribadi)

Melihat banyak orang yang tidak taat pada protokol kesehatan di tengah krisis pandemi, membuat kita bertanya, “apakah perilaku mereka bisa berubah?” Pendekatan psikologis bisa diterapkan untuk merubah perilaku masyarakat. Prinsipnya, kita hanya bisa mengajari manusia sesuai dengan kapasitas pemahamannya. Secara sederhana, ada dua kapasitas pemahaman manusia berdasarkan tahapan perkembangannya, anak dan dewasa.

Pada anak, perubahan perilaku dilakukan dengan memberikan contoh, peraturan dan pengawasan perilaku, serta prinsip hukuman atau sanksi (jika melanggar) dan hadiah (jika benar). Anak tidak mampu memahami penjelasan abstrak tentang apa yang benar dan salah, maka penjelasan berkepanjangan tidak bermakna. 

Anak juga belum bisa diharapkan bisa mengatur perilakunya sendiri. Mereka berperilaku benar hanya jika ada konsekuensi dari lingkungannya, jika benar diberi hadiah/dipuji, dan jika salah dihukum/diberi sanksi. 

Pada dewasa, perubahan perilaku dilakukan dengan cara memberikan pemahaman agar kelak ia mampu mengatur perilakunya kelak secara mandiri. Seorang yang sudah matang dalam berpikir akan memahami konsep benar dan salah secara konkret dan abstrak. 

Orang dewasa bisa diharapkan mampu mengelola perilakunya sendiri tanpa harus diawasi, tanpa harus diberikan hadiah atau sanksi. Seorang dewasa akan tetap berperilaku yang benar karena tahu, inilah yang harusnya dilakukan karena benar. 

Nah, masyarakat yang kita hadapi berada di tahapan mana? 

Jangan terpaku pada usia kronologis. Walaupun warga senior namun jika perilaku yang ditampilkan belum mampu mengelola dirinya sendiri secara mandiri patuh aturan, maka pendekatan hukuman-hadiah adalah yang paling tepat digunakan untuk merubah perilakunya. Remaja pun bisa kita mulai harapkan mampu mengatur perilaku secara mandiri jika sudah mencapai kematangan berpikir.

Salah satu fenomana menarik, Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang masih membutuhkan patung polisi lalu lintas agar masyarakatnya mau patuh berlalu lintas. Kebanyakan dari kita, berperilaku baik jika ada yang mengawasi serta ada sanksi. Patuh karena takut hukuman. Tapi jika tidak ada pengawasan, belum tentu mau patuh aturan.

Jadi, saya berada di tahapan mana?

Margaretha

Penulis sedang menempuh pendidikan di University of Melbourne.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun