Rodiah juga tak menyahut. Juga enggan menoleh. Ia terus berjalan dengan tatapan mata ke depan.
"Masih kerja di rumah Pak Jufri, Rod?" sapa Mat Sani ketika melihat Rodiah berjalan agak terburu-buru di kali yang lain.
Seperti kepada yang lain, Rodiah juga tak menggubris sapaan Mat Sani yang merasa aneh melihat kelakuan Rodiah.
Di rumah pun, jika cucu atau anaknya memanggilnya dengan Mak atau Mak Tua, Rodiah pura-pura tak mendengar sambil menahan rasa geramnya.
Sekali waktu, Rodiah bertemu Ustadz Husin yang juga dikenal sebagai amil kampung. Kepada Ustadz Husin yang belum pernah merasakan pergi ke Makkah, Rodiah mencurahkan isi hatinya.
"Gua jengkel sebenernya sama orang-orang," kata Rodiah kepada Ustadz Husin yang umrnya lebih muda separuh dari usianya sendiri.
"Jengkel kenapa emangnya, Mpok Hajjah?" tanya Ustadz Husin.
Rodiah mesem. Hatinya senang mendengar Ustadz Husin menyebutnya dengan Mpok Hajjah.
"Gua kesel. Gua kan udah dua kali ke Mekah, ke Madinah, ngeliat Ka'bah, ziaran ke Makam Rosul, sholat di Masjid Nabawi, tapi orang-orang tetep aja nggak ada yang mau manggil gua bu hajjah."
Ustadz Husin giliran tersenyum. "Mpok emang beruntung banget dah. Biar kata janda tapi bisa ke Mekah sampe dua kali. Saya aja belon pernah."
"Ya, tapi pan gua mah dapet gratis."