Mohon tunggu...
Merciana
Merciana Mohon Tunggu... Dokter

Dokter. Penulis. Editor. Reviewer. Menghubungkan kesehatan dan humaniora lewat kata-kata yang jernih dan bermakna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jejak Kata di Usia Senja: Lansia Menulis, Generasi Belajar

1 Oktober 2025   07:00 Diperbarui: 28 September 2025   20:06 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Lansia sedang menulis (Sumber: desain AI)

Gambar 2. Launching buku Berdiri dan Tumbuhnya FK Unand dan Jejak Sebelum Sumpah Dokter oleh Dekan Fakultas Kedokteran Unand
Gambar 2. Launching buku Berdiri dan Tumbuhnya FK Unand dan Jejak Sebelum Sumpah Dokter oleh Dekan Fakultas Kedokteran Unand

Setiap kehidupan merupakan perjalanan dan pada akhirnya kita akan sampai di titik ketika langkah terasa melambat, tapi hati justru makin kaya dengan pengalaman. Itulah lansia. Pada Hari Lansia Sedunia  1 Oktober 2025, PBB mengetuk kesadaran kita dengan tema: "Older Persons Driving Local and Global Action: Our Aspirations, Our Well-Being and Our Rights"

(Lansia Menggerakkan Aksi Lokal dan Global: Aspirasi Kami, Kesejahteraan Kami, dan Hak Kami.)

Tema ini menegaskan bahwa lansia bukan sekadar penonton dalam arus zaman. Mereka adalah penggerak yang menghadirkan nilai, kearifan, dan suara hati yang layak didengar. Ada tiga pesan yang melekat di dalamnya, yaitu aspirasi yang tak boleh dipendam, kesejahteraan yang harus dijamin, dan hak yang wajib dilindungi.

Menulis di Tengah Hening

Kilas balik penulis. Rutinitas yang selalu padat, tiba-tiba dunia terhenti. Covid-19 memaksa penulis dan para lansia harus tinggal di rumah. Rindu bercampur cemas dan kesunyian yang menimbulkan resah. Di tengah hening itu, aku menemukan ruang baru, yaitu Allisku---Alumni Penulis Kedokteran Unand.

Februari 2021 menjadi awal yang tak pernah kuduga. Menulis yang dulu sangat jarang kulakukan, sekarang berubah menjadi rekreasi dan jalan penyelamat jiwa. Kata-kata menjadi penata hati, menyingkirkan resah, dan menghadirkan ketenangan. Bersama para senior dan yunior, kami belajar bahwa menulis bukan sekadar merangkai kalimat, melainkan merawat ingatan dan menghadirkan makna.

Sejak itu, belasan buku antologi lahir dan beberapa sejawat menerbitkan karya tunggal. Aku sendiri diberi kepercayaan dan kehormatan menjadi editor untuk buku sejarah Berdiri dan Tumbuhnya FK Unand dan Jejak Sebelum Sumpah Dokter. Dari pengalaman itu aku memahami bahwa usia bukan penghalang. Justru, dengan bertambahnya usia akan melahirkan kedalaman kata.

Jejak yang Tak Pernah Padam

Pada Lustrum XIV FK Unand, 8 September 2025, alumni Fakultas Kedokteran Universiatas Andalas mempersembahkan dua buku monumental. Sorotan jatuh pada buku Jejak Sebelum Sumpah Dokter---antologi yang dikuratori oleh dr. Zulfarman Rajo Bujang, M.Kes. berisi 78 kisah nyata dari 57 alumni lintas generasi dan sebagian besar telah berusia di atas 60 tahun.

Dari ruang kuliah yang berpindah-pindah di masa PRRI, hingga doa yang mengiringi langkah pertama menghadapi pasien. Setiap kisah memancarkan pesan, yaitu menjadi dokter bukan hanya perkara ilmu, melainkan panggilan nurani.

Inilah bukti nyata kiprah lansia dengan menghadirkan warisan pengetahuan dan kemanusiaan melalui tulisan. Sumpah dokter memang diucapkan sekali, tetapi sejatinya ia adalah janji seumur hidup.

Menulis sebagai Warisan

Menulis bagi lansia bukan sekadar hiburan. Ia merupakan ruang untuk bernapas, sarana untuk merenung, dan cara untuk berbagi. Setiap kalimat yang lahir merupakan doa dalam bentuk kata dan warisan bagi generasi berikutnya.

Sejalan dengan tema Hari Lansia Sedunia 2025, para penulis buku ini membuktikan bahwa usia bukan batas untuk berkarya. Justru, di usia senja mereka menyalakan inspirasi lintas generasi.

Dengan demikian, kepada para lansia yang masih ragu, izinkan aku berpesan bahwa jangan takut menulis. Jangan tunggu waktu sempurna karena waktu terbaik adalah sekarang. Suara kita dibutuhkan, pengalaman kita berharga, dan tulisan kita akan tetap hidup bahkan ketika langkah kaki mulai melambat.

Usia hanyalah angka, tapi kata yang ditinggalkan adalah jejak peradaban.

Pada akhirnya, menulis bagi lansia bukan sekadar tentang kata-kata yang tersusun rapi. Ia adalah napas kehidupan yang menyalakan semangat, doa yang disampaikan lewat kalimat, dan warisan yang akan tetap hidup meski tubuh mulai renta. Kepada para pembaca Kompasiana, mari kita belajar dari jejak para lansia bahwa setiap pengalaman layak diceritakan, setiap luka bisa disembuhkan dengan tulisan, dan setiap senja masih bisa menjadi cahaya bagi dunia. []

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun