Dia menambahkan  dengan mengecam dan berkata, "Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."
Dalam kehidupan praktis, tidak ada satupun agama yang disebut agama jika tidak mengasihi sesamanya. Bagaimana mungkin mengasihi dan beribadah kepada Allah yang tidak kelihatan, tetapi membenci sesama nya yang kelihatan.Â
Bagaimana mungkin mengasihi Tuhan dalam keberagamaan kalau semakin membenci sesama? Apa lagi nama nya kalau tidak kemunafikan, sikap-tindakan bertopengkan agamis. Seolah-olah beribadah tetapi mengingkari makna sejatinya dan menjadi seteru Nya.
Siapakah sesama bagi seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho yang jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati?
Apakah seorang pendeta-imam yang kebetulan lewat melalui jalan itu?
Pendeta itu melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
Apakah seorang pendeta-Lewi yang datang ke tempat itu?
Ketika pendeta itu melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
Atau seorang perempuan Samaria yang dikata tak beragama itu menjadi sesama bagi seorang yang jatuh ke tangan penyamun itu?.
Seorang Samaria yang status nya dalam pandangan sosial rendah tidak dianggap, sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.Â
Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.