Mohon tunggu...
mardety mardinsyah
mardety mardinsyah Mohon Tunggu... pensiunan dosen

Hobi menulis, menggambar dan sedang belajar literasi digital

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesadaran sosial dan isu ketimpangan di kalangan Muda

11 Oktober 2025   16:10 Diperbarui: 11 Oktober 2025   16:10 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Dari Meme ke Aksi: Cara Baru Anak Muda Memahami Keadilan Sosial"

Kesadaran sosial dan isu kesenjangan  sedang naik di kalangan anak muda, khususnya Gen Z di kota besar seperti Jakarta. Jika dulu topik seperti ketimpangan ekonomi, biaya hidup tinggi, atau ketidakadilan sosial hanya dibahas di forum politik atau akademik, kini Gen Z membawanya ke ruang hiburan  lewat meme, parodi, dan humor sarkastik  Meme, TikTok, dan diskusi daring. Bagi banyak anak muda di Jakarta, sudah banyak yang menyadari bahwa ketimpangan sosial bukan cuma angka statistik, tapi pengalaman hidup sehari-hari.

Di Jakarta, ketimpangan  sosial bukan hal abstrak. Ia terlihat setiap hari --- antara gedung pencakar langit dan deretan kontrakan sempit, antara kopi seharga Rp50 ribu dan upah magang yang belum cair. Generasi Z yang tumbuh di tengah kontras ini tidak hanya menjadi penonton. Mereka menjadikannya bahan cerita, bahan humor, dan bahkan bahan refleksi sosial.Isu sosial kini hadir lewat meme, TikTok, dan diskusi daring.

Lewat media sosial, pengalaman hidup yang dulu mungkin terasa "malu" untuk dibicarakan kini menjadi bagian dari identitas digital. Meme tentang harga kos, video parodi tentang gaji minim, atau sindiran soal "kerja rodi demi healing" menjadi cara baru untuk menertawakan realitas sekaligus mengkritiknya. Generasi muda bukan hanya konsumen informasi, tetapi juga produsen narasi sosial baru.

Media Sosial Sebagai Panggung Baru

Bagi Gen Z, timeline adalah ruang publik. Di sanalah mereka mengekspresikan keresahan, berbagi pengalaman, dan membangun kesadaran kolektif. Isu-isu seperti mahalnya harga rumah, gaji rendah, atau kesenjangan pendidikan sering muncul dalam bentuk thread lucu atau video skit.Misalnya, unggahan viral tentang "realita kerja kantoran" yang penuh lembur tapi gaji pas-pasan bukan hanya mengundang tawa, tapi juga membuka mata banyak orang tentang kondisi kerja yang tidak seimbang.

Alih-alih marah, banyak anak muda memilih untuk menertawakan keadaan. Humor menjadi bentuk protes lunak terhadap ketidakadilan. Meme dan sindiran sosial membuat topik yang berat jadi mudah dicerna.Seperti kata salah satu kreator konten di TikTok:

"Kadang cuma bisa ketawa, soalnya kalau dipikir serius malah pusing."

Namun di balik tawa itu, tersimpan kesadaran bahwa sistem sosial dan ekonomi memang belum berpihak pada banyak orang muda.

Humor sebagai Bahasa protes baru

 Humor telah  menjadi bentuk protes halus, dan media sosial adalah arena baru bagi kesadaran sosial.Meme tentang "harga kos di Jakarta yang lebih mahal dari gaji entry level".Video TikTok dengan nada satir tentang "kerja rodi demi kopi 40 ribu". 'KaburAjaDulu " muncul sebagai bentuk ekspresi frustrasi yang ringan tapi tajam.  Hal ini merupakan fenomena protes sosial.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun