Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Malinkundang Pelupa, Bukan Anak Durhaka

9 November 2020   23:01 Diperbarui: 9 November 2020   23:20 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pola asuh yang harus mengikuti garis lurus  yang tunggal menjadikan  anak laksana arus  hulu yang tercurah tidak bisa menentukan hilirnya sendiri. Dunia orang dewasa dipenuhi oleh berbagai kekhawatiran, karena arus hulu yang tercurah itu dapat  menjadi sungai yang  deras  atau  tersangkut di waduk-waduk, yang akhirnya bermuara dalam  kehidupan yang sia-sia.  

Kehidupan manusia berubah ubah. Hal--hal yang menyangkut nilai-nilai kehidupan seharusnya tidak boleh diterima begitu saja, tapi harus dikritisi.  Di zaman ini, pendidikan harus ditujukan untuk mempersiapkan anak menjadi manusia dan warga yang bebas.  Dengan membawa satu kebenaran yang tidak boleh berubah, membuat anak terperangkap dalam dogma beku dan fanatisme yang berlebihan. Anak sulit membangun argumentasi dan tidak mampu melakukan artikulasi.  Hasil yang akan dituai adalah kualitas SDM yang tidak pernah membanggakan.

Cara berpikir masyarakat dewasa ini memang telah berubah, tapi ada yang sensitive terhadap perubahan, ada yang tidak peduli dan ada yang tidak mau berubah sama sekali. Dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan  sekarang ini, ada yang  melihat masalah  kehidupan masa kini dengan cara berpikir lama dan ada yang melihat dengan cara berpikir baru.

Salah satu cara berpikir baru adalah tidak lagi menerima makna  tunggal, baik dalam berbagai pengetahuan dan tradisi. Muncul semangat membongkar makna-makna lama dan membangun  makna-makna baru yang bermanfaat untuk kehidupan kekinian. Pembongkaran makna atau dekonstruksi perlu dilakukan untuk membuat teks atau konteks kehidupan bersikap terbuka bagi berbagai kemungkinan perubahan, disamping menghindarkan sikap otoritarian. Tata kehidupan yang selama ini dipandang ideal, otentik, perlu dipertanyakan  apakah masih relevan dengan kemajuan zaman. 

Atas dasar hal di atas, gambaran makna selama ini bahwa  Malin Kundang anak durhaka, bisa dibongkar atau didekonstruksi. Dengan membaca  hal-hal tersembunyi, dapat  ditemukan  makna versi lain. Malin Kundang  mengenal ibuya sebagai  perempuan pemarah dengan mulut penuh sumpah serapah. Ketika seorang perempuan tua datang dalam kerumunan, Malin Kundang lupa kalau itu ibunya.  Kebenaran tunggal yang telah diberikan pengarang  kepada Malin kundang sebagai anak durhaka dapat berubah bahwa si Malin bukan durhaka tapi pelupa.   

Pesan lama yang tersirat dari legenda ini, anak harus menghadapi garis lurus yang tunggal dalam hidupnya dan harus mengikuti garis lurus itu tanpa membantah. Bila membantah, Tuhan  didatangkan dalam hidup anak dengan kaki yang menginjak.  Akibatnya, anak tidak kreatif dan terbelenggu dalam dogma.

Pesan baru dapat disampaikan bahwa ibu pemarah dan penyumpah merupakan hal yang tidak baik. Marah dan menyumpah bukanlah bagian dari pola asuh.  Marah berlebihan apalagi menyumpahi anak merupakan racun yang menyakiti psikologis anak dan bisa terbawa sampai anak dewasa.   

Disisi lain, kebenaran yang tak pernah diungkap, bahwa  si Malin tidak hanya dilihat sebagai anak, tetapi dapat dilihat sebagai pemuda perantau Minang yang sukses yang bisa  sebagai sosok teladan dalam  menghapus kemiskinan dan membangun identitas diri.

Malin Kundang  sebagai seorang pemuda pergi  merantau.  Hal ini tidak terlepas dari pengaruh sistem matriarchat di Minangkabau. Anak laki-laki di Minangkabau tidak berhak memiliki harta pusaka dari ibunya, karena harta itu diwariskan untuk anak perempuan. Tradisi " merantau" merupakan nilai   yang  masih relevan untuk masa kini. Anak muda perlu mandiri, perlu berani dan perlu mencari tahu apa yang membuat orang  sukses. Meraih kesuksesan cukup dengan  ide sederhana,  yang dijalankan dengan eksekusi yang baik, fokus dan konsisten plus perbaikan terus menerus tanpa henti. Walau punya ide  revolusioner tapi tidak dieksekusi dengan baik sering membawa kegagalan.

  Melihat Malin Kundang dari sisi ini,  akan sangat inspiratif bagi anak muda. Sikap yang ditunjukkannya  memberi pencerahan bagi perjuangan anak muda dalam mengharungi samudera kehidupan yang  sangat kompleks dan penuh ketidakpastian seperti sekarang ini.

Pulang kampung setelah sukses  merupakan keniscayaan bagi laki-laki Minangkabau. Bila  memiliki kapital ekonomi yang kuat, maka  kapital sosial akan datang dengan sendirinya dan selanjutnya akan menjadi  kapital simbolik buat kaumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun