Maksudnya begini, platform komunikasi digital yang ada telah memungkinkan orang untuk bertatap muka langsung melalui berbagai media, di mana saja dan kapan saja tanpa harus bertemu secara fisik. Sehingga efek pandemi ini telah mendisrupsi proses-proses komunikasi yang dilakukan secara konvensional.
Proses disrupsi ini memberi peluang-peluang baru untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana agar tetap terkoneksi dengan banyak orang. Media sosial (Medsos) menjadi medium alternatif agar manusia terkoneksi satu dengan yang lain.
Medsos juga memungkinkan arus informasi tetap mengalir untuk diketahui banyak orang sehingga untuk proses demokrasi, komunikasi digital bisa menjadi pilihan yang tepat (Kristanto, 2023).
Media Sosial Sebagai Ruang Baru Politik
Disrupsi teknologi digital memang telah banyak dimanfaatkan. Di bidang ekonomi misalnya, banyak bermunculan aplikasi-aplikasi perbankan yang memudahkan konsumen untuk bertransaksi tanpa perlu antri di bank-bank yang ada.
Dalam hal komunikasi, pemanfaatan medsos sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia apalagi untuk kaum muda.Â
Medsos menjadi penyalur yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan politik langsung kepada masyarakat.
Tak jarang pula untuk meresponnya, ruang komentar diberikan sebagai sarana ekspresi politik sehingga secara tidak langsung pemilih khususnya kaum muda dapat menanggapi langsung pesan-pesan politik yang diberikan, bahkan pemilih terkesan lebih leluasa menyampaikan tanggapannya dibanding bertemu langsung.
Perubahan bentuk komunikasi politik ini pada akhirnya menempatkan warga sebagai target yang harus dipengaruhi agar menguntungkan para aktor politik yang berkepentingan (Wahyudi, 2018).
Selepas Pilkada Jakarta yang sangat panas beberapa tahun lalu, media sosial telah berperan penting untuk mengukur, mengkritik bahkan menjatuhkan peserta Pilkada dengan isu-isu yang menyentuh koridor agama serta ras yang pada akhirnya membuat masyarakat menjadi terkotak-kotak.