Perbincangan tentang politik ini bukan hanya milik kaum intelektual, dan elit politik semata, namun dengan kemajuan teknologi digital, perbincangan tersebut telah menjadi menu harian semua kalangan dari paling bawah sampai atas.
Dengan demikian medsos telah memberi ruang bagi perbincangan politik dalam setiap lapisan masyarakat bahkan Habermas seorang filsuf Jerman sudah memprediksi jauh-jauh hari bahwa ada saatnya di mana akan terjadi public spahre.
Public sphare adalah sebuah ide tentang adanya ruang publik, di mana semua orang akan berpendapat dan berdebat tentang apa saja termasuk politik.Â
Dalam perspektifnya, ruang publik merupakan ruang di mana orang akan masuk dan turut serta dalam percakapan politik tanpa merasa adanya tekanan. Dengan kata lain, ruang publik menjadi sarana untuk mengekspresikan perasaan, ide, pendapat secara bebas tanpa adanya tekanan.
Kaum Muda dan Komunikasi Politik Era Disrupsi
Tahun 2024 merupakan tahun di mana 190 juta atau sekitar 60 persen pemilih akan didominasi oleh kaum muda, maka peluang ini dapat dimanfaatkan para aktor politik yang berniat mengajukan diri menduduki jabatan-jabatan publik, mulai dari anggota parlemen, kepala daerah sampai presiden untuk menggaet suara tersebut sebagai pelumas untuk menduduki jabatan tersebut.
Kaum muda saat ini telah melihat medsos sebagai wahana seru untuk beraktivitas. Media digital ini berperan penting dalam proses hilirisasi informasi yang sarat akan nilai, sehingga aksi dan cara pandang kaum muda banyak terbentuk lewat arus informasi melalui media digital.
Lebih lanjut Kristanto menyebutkan bahwa media digital merupakan platform kaum muda untuk berdinamika politik. Semenjak pandemi, sirkulasi informasi melalui media digital berdampak pada pola komunikasi politik yang dekat dengan kaum muda.
Mereka merupakan konsumen sekaligus produsen pesan-pesan politik setiap hari secara intensif.Â
Dalam tulisannya, Kristanto (2023) mengutip hasil penelitian Tapsel tentang kuasa media di Indonesia memberi pandangan bahwa perkembangan media digital menjadikannya sebagai pusat bagi kontestasi reformasi politik dan ekonomi serta menjadikan kaum muda untuk menegosiasi dan menavigasi pilihan politik mereka.
Dari studi CSIS tentang politik kaum muda, setidaknya ada tiga kemampuan yang harus dimiliki oleh para calon pemimpin jika ingin mendulang suara kaum muda yakni:
- Menginisiasi perubahan,
- Memimpin di waktu krisis, dan
- Membuat kebijakan yang inovatif.