Mohon tunggu...
Christopher M
Christopher M Mohon Tunggu... Jurnalis - Pelajar SMA Kolese Loyola Semarang

Ad Maiorem Dei Gloriam

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apakah Mereka Pantas Menanggung Risiko untuk Kita?

24 Agustus 2019   00:19 Diperbarui: 24 Agustus 2019   00:29 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Simpanse untuk percobaan antidote / penawar virus HIV

                                                                                      (photo by: https://www.chimpworlds.com/chimpanzee_family/)

Penggunaan Simpanse sebagai bahan uji coba obat penawar / antidot virus HIV.

Antidot menurut KBBI dinyatakan sebagai obat penawar atau obat penangkal yang digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit tertentu. Dan saat ini, saya akan membahas mengenai percobaan untuk menemukan obat dari penyakit HIV.

HIV sendiri merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus, yang berarti virus ini menginfeksi sel dan kekebalan tubuh kita. Di samping itu, penyakit ini menghancurkan dan merusak fungsi sel yang ada di dalam tubuh kita (WHO, 2017).

HIV dapat menular melalui cairan semen, darah, cairan vagina atau anus, dan air ASI. Sampai saat ini, obat untuk menyembuhkan HIV memang belum ditemukan, walaupun sudah ada banyak ilmuwan dan peneliti yang berusaha untuk mencari obat terbaik, namun obat untuk membersihkan dan menghapus HIV dari tubuh kita secara 100 persen tersebut memang belum di temukan (Pietrangelo, 2018). Karena belum menemukan obat yang cocok untuk membunuh HIV 100 persen dalam tubuh, maka banyak percobaan dan penelitian masih di lakukan. Dan untuk percoban tersebut di butuhkan sempel dan tes uji coba pada makhluk hidup yang mirip dengan DNA manusia. Simpanse terpilih menjadi hewan yang memiliki kekerabatan paling dekat dengan manusia. Reduksi kromosom simpanse adalah 48 sedangkan manusia memiliki 46 dikarenakan ada dua kromosom akrosendtris simpanse yang bergabung membentuk kromosom nomer 2 manusia (Wulandari, 2016).

Dalam kasus ini, saya sangat tidak setuju dengan adanya uji coba penawar virus yang bisa dikatakan sangat berbahaya terhadap simpanse. Terdapat beberapa alasan yang mendasari saya, untuk tidak setuju dengan penggunaan simpanse untuk bahan percobaan.

Alasan pertama, dalam penelitian biologi yang di lakukan, terdapat beberapa etika yang harus di patuhi. Penelitian atau percobaan obat baru memang sering menggunakan hewan untuk bahan uji coba keamanan obat tersebut. Dalam etika meneliti yang benar, di katakan bahwa, eksperimen yang di lakukan pada hewan selalu mendapatkan penolakan dari beberapa pihak, karena:

  • Menyebabkan hewan percobaan tersebut menderita
  • Tidak ada bukti pasti bahwa obat yang di cobakan itu bermanfaat pada manusia
  • Ada cara lain yang dapat di lakukan kecuali menggunakan hewan sebagai bahan percobaanya.

Dalam mengurangi penggunaan hewan sebagai bahan percobaan, sudah di terapkan 3Rs yang berarti "Reduction" yang berarti mengurangi penggunaan hewan sebagai bahan percobaan, "Refinement" yang berarti menyempurnakan dan meningkatkan perawatan hewan untuk mengurangi penderitaan mereka, dan "Replacement" yang berarti mencari pengganti bahan percobaan selain hewan tersebut. (BBC, 2014) Namun, walaupun sudah ada peraturan tersebut, masih tetap ada peneliti atau ilmuwan yang melakukan pengujian terhadap simpanse.

Selain itu, ada alasan yang lain yang membuat saya menolak penggunaan simpanse sebagai bahan uji coba, dikatakan bahwa di habitat aslinya di dalam hutan, simpanse memiliki kekerabatan paling dekat dengan manusia. Cara mereka bersosialisasi, berkeluarga, dan cara mereka menggunakan serta menemukan barang barang baru yang ada dari bahan di sekitarnya. Menurut saya, mereka sedang ber-evolusi dengan caranya sendiri.  Mereka memiliki kemiripan yang sangat dengan manusia. Namun, apakah mereka sepenuhnya sama dengan kita?

Dalam percobaan pertama, yang terjadi di US pada Tahun 1920, para ilmuwan di US memulai untuk membeli bayi simpanse untuk bahan percobaan mereka. dan para pemburu yang berusaha mendapatkan bayi simpanse tersebut akan membunuh ibu dari para bayi simpanse tersebut. Banyak simpanse bayi yang sudah mati karena digunakan untuk percobaan-percobaan gagal atau yang belum berhasil. (Newkirk, 2019)

Dan dengan akibat yang ditimbulkan sangat besar, apakah kita masih bisa setuju dengan penggunaan simpanse dalam skala global untuk percobaan obat untuk penyakit yang cukup berbahaya, yaitu HIV?   

Banyak yang mengatakan kalau simpanse memiliki genetik yang sangat mirip dengan manusia, pada tahun 2011 pernah ada perdebatan yang mempertimbangkan untuk penggunaan simpanse sebagai bahan uji coba penawar dari virus HIV. Namun, seorang ahli jantung dan peneliti hewan bernama John, mengatakan "ada jalan yang lebih baik ketimbang menggunakan simpanse untuk percobaan." Dikatakan juga selama 3 dekade terakhir penggunaan simpanse untuk bahan percobaan di anggap sudah tidak efektif. Karena pada beberapa individu manusia sudah ada yang bisa mengantisipasi dan secara tidak langsung dapat di simpulkan bahwa tubuh manusia resitan atau dapat menolak terhadap virus HIV tersebut. (John J. Pippin, 2016)

Maka dari itu, dapat di simpulkan bahwa adanya ketidakefektifan yang terjadi jika menggunakan bahan percobaan simpanse. Dari banyak sumber yang sudah di dapatkan, terdapat lebih banyak kerugian ketimbang keuntungan yang didapat jika menggunakan simpanse sebagai bahan uji coba. Disamping itu, penggunaan simpanse sebagai bahan uji coba juga dapat merusak ekosistem yang sudah berlangsung selama ribuan tahun.

Daripada merusak ekosistem dan lain sebagainya, mengapa kita tidak mau memikirkan hal lain? sebenarnya sudah di temukan obat yang bisa mengontrol dan membuat kita bisa hidup berdampingan dengan virus HIV. Obat tersebut sering dinamakan terapi antiretroviral (ART). Mengapa di sebut terapi? Karena obat ini harus di minum seumur hidup bagi penderita. Obat ini harus di konsumsi seumur hidup karena obat ini tidak menghilangkan virus HIV dalam tubuh, melainkan fungsi dari obat ini adalah mengontrol dan memperlambat penyebaran HIV di dalam tubuh penderita. (Avert, 2019)

Dalam Penanganan HIV, obat-obatan ART yang sering digunakan untuk mengatasi virus HIV adalah sebagai berikut:

  • Nucleoside / nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTIs), juga disebut analog nukleosida, seperti abacavir, emtricitabine, dan tenofovir. Obat-obatan ini sering dikombinasikan untuk hasil terbaik.
  • Nonnucleoside terbalik transcriptase inhibitor (NNRTI), seperti efavirenz, etravirine, dan nevirapine.
  • Protease inhibitor (PI), seperti atazanavir, darunavir, dan ritonavir.
  • Entry Inhibitors (EI), seperti enfuvirtide dan Maraviroc.
  • Integrase Inhibitors (II), dolutegravir and Raltegravir.

Dari obat obatan tersebut ada obat yang dijadikan dalam 1 pil, sehingga dapat mengurangi jumlah pil yang di minum oleh penderita virus HIV. (Kompas, 2015)

Maka dari itu, kalau memang bisa hidup berdampingan kenapa tidak? Kalau bisa berdamai dengan masalah, kenapa tidak? Sehingga penggunaan simpanse untuk bahan uji coba bisa berkurang dan di harapkan kerusakan yang di timbulkan belum parah. Karena simpanse adalah makhluk hidup juga dan mendapatkan hak untuk hidup. Apakah mereka patut untuk menerima penderitaan dan segala kesengsaraan untuk kita? TENTU SAJA TIDAK!

References

Avert. (2019, july 17). about HIV and AIDS. IS THERE A CURE FOR HIV AND AIDS?, p. 1.

BBC. (2014). Ethics Guide. Experimenting on animals, p. 6.

John J. Pippin, M. F. (2016, maret 7). Independent Science News. Why Chimpanzee-Testing in Medicine Had to End, p. 1.

Kompas. (2015, 12 1). Health. Terapi ARV, perlambat perkembangan virus HIV.

Newkirk, I. E. (2019, Agustus 4). Animals are not ours. Chimpanzees in Laboratories, p. 1.

Pietrangelo, A. (2018, march 28). A Comprehensive Guide to HIV and AIDS. What is HIV?

WHO. (2017, November). Health Topic. HIV/AIDS, p. 1.

Wulandari, R. D. (2016, october 21). PERBANDINGAN STRUKTUR KROMOSOM ANTARA MANUSIA, SIMPANSE (Pan troglodytes) DAN ORANG UTAN (Pongo pygmaeus) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK G-BANDING: PENELITIAN EKSPLORATIF OBSERVASIONAL.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun