Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama FEATURED

Melirik Kaitan Antara Mega, PDI-P dan Jokowi

10 Januari 2019   06:44 Diperbarui: 10 Januari 2022   06:30 1629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri berfoto bersama Presiden Jokowi| Tribunnews/Dany Permana

Selanjutnya pada pemilu 2009, perolehan suara partai semakin melorot. Suara yang diraih 14.600,091 atau 14,03 persen sehingga menempatkan partai pada peringkat ketiga. Peringkat pertama dan kedua ditempati oleh Demokrat dan Golkar.

Menjelang pemilu 2014, mengemuka tanda tanya bagaimana posisi partai pada pemilu keempat pada era reformasi itu. Ada kekhawatiran suara partai semakin melorot mengingat sebelumnya ada tren penurunan pada tiga kali pemilu.

Ditengah tanda tanya yang demikian pada 2012 telah muncul seorang superstar politik baru yang memenangkan pertarungan demokrasi di DKI Jakarta. Joko Widodo yang pada awalnya dianggap hanya politisi lokal pada tingkat Solo dan Jawa Tengah telah mencuat namanya pada kancah perpolitikan tingkat nasional. 

Tidak banyak orang yang menduga bahwa lelaki "kurus dan kerempeng" itu mampu mengakhiri kekuasaan Fauzi Bowo di DKI Jakarta. Dengan kemenangan itu, Joko Widodo telah menjelma sebagai tokoh potensial sebagai pemimpin baru Indonesia.

Sekitar satu tengah tahun bersama Basuki Tjahaja Purnama memimpin Jakarta, beberapa hasil survei menunjukkan peluang Joko Widodo sebagai Presiden semakin menguat.

Melejitnya nama mantan Wali Kota Solo ini menimbulkan sebuah pertanyaan, bagaimana posisi Megawati pada Pilpres 2014 mengingat masih banyak kalangan yang berkeinginan agar putri Bung Karno itu ikut lagi bertarung pada Pilpres 2014.

Oleh karena berbagai lembaga survei menyebut peluang Joko Widodo untuk menjadi presiden lebih besar dari peluang Megawati maka Presiden ke-5 itu harus cepat mengambil keputusan. Tentunya setelah mengadakan perhitungan politik yang cukup matang, Mega pun bertitah bahwa calon PDI-P untuk Presiden RI pada Pilpres 2014 ialah Joko Widodo.

Saya menilai keputusan Ketua Umum PDI- P ini termasuk luar biasa. Megawati bukanlah anak kemarin sore di politik. Ia telah malang melintang melewati suka dukanya hidup dalam dunia politik. Ia telah mengenyam kekuasaan sebagai Wakil Presiden dan kemudian jadi Presiden.

Mega dua kali gagal memenangkan pertarungan melawan SBY tetapi pada Pilpres 2014, seorang Jenderal kelahiran Pacitan itu tidak boleh lagi ikut bertarung. Di atas kertas lawan potensial Mega hanyalah Prabowo Subianto yang pernah berpasangan dengannya pada Pilpres sebelumnya.

Tetapi untuk kepentingan yang lebih besar, putri Bung Karno itu mampu menyingkirkan keinginan pribadinya dan menyerahkan kesempatan itu kepada Joko Widodo, kader partainya sejak berkiprah di Solo.

Pada masa itu juga mengemuka pendapat kalau Joko Widodo yang diusung PDI-P sebagai Presiden, maka perolehan suara partai pada pemilu akan meningkat. Peningkatan suara itu disebut karena adanya "Jokowi Effect".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun