Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencermati Habibie yang Menyatakan Indonesia 20 Tahun Dijajah Politik Identitas

22 Mei 2018   12:56 Diperbarui: 22 Mei 2018   13:27 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: kompas.com

Harus diakui diantara banyaknya kehebatan dan keunggulan para Bapak Pendiri Bangsa ( The Founding Fathers) negara dan bangsa ini ialah kemampuan mereka untuk menjadikan kita sebagai suatu bangsa.

Bangsa ini yang terdiri dari ratusan suku bangsa ,ribuan pulau ,ratusan bahasa lokal dengan berbagai adat istiadat yang berbeda tokh bisa menjadi sebuah bangsa yang besar. Gugusan ribuan pulau  yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan dari Miangas sampai Rote yang didalamnya juga berdiri kerajaan kerajaan yang berdaulat ternyata berketetapan hati untuk menyatu dalam sebuah teritori yang bernama Indonesia. Para raja raja yang berdaulat itu rela menyerahkan kekuasaannya kepada sebuah institusi baru yang bernama Pemerintah Republik Indonesia.

Kekaguman kita makin bertambah  kepada Sukarno,Hatta ,Sutomo dan sejumlah nama besar lainnya ditengah tengah keterbatasan alat alat komunikasi pada masa itu ternyata mampu menyatukan semuanya menjadi sebuah bangsa.

Memang banyak faktor yang saling berkelindan yang membuat lahirnya nasion Indonesia. Dua faktor penting diantaranya ialah Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 dan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Kebangkitan Nasional menjadi penting karena momen itu merupakan penanda adanya sebuah nasion Indonesia. Begitu juga halnya Sumpah Pemuda yang mengikrarkan satu bangsa ,satu bahasa dan satu tanah air merupakan sebuah peristiwa heroik yang mempercepat lahirnya kemerdekaan Indonesia.

Ikrar satu bahasa yaitu bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu bukanlah ikrar yang biasa terlebih lebih mengingat mayoritas terbesar suku yang menjadi Indonesia itu adalah suku Jawa yang juga punya bahasa Jawa.

Sekarang saja kita lihat pada negara negara modern banyak negara yang tidak berhasil " merumuskan " satu bahasa nasionalnya. Kanada misalnya harus mengakui adanya dua bahasa resminya Inggris dan Perancis.Bahkan beberapa tahun yang lalu terjadi referendum yang menginginkan Quebec ,provinsi yang berbahasa Perancis ingin memisahkan diri dari Kanada akibat perbedaan bahasa.

Demikisn juga negara maju lainnya seperti Swiss punya empat bahasa resmi ,Jerman,Perancis,Italia dan bahasa Romansh. Membandingkan negeri kita dengan negara negara maju tersebut sangat penting artinya agar kita mencintai dan membanggakan bahwa Indonesia dengan keragaman sukunya ternyata punya satu bahasa nasional ,bahasa Indonesia.

Di negei ini ada enam agama yang diakui disamping adanya puluhan bahkan mungkin ratusan aliran kepercayaan yang selama ini hidup berdampingan ,rukun dan damai. Dalam keharmonisan hidup sebagai suatu bangsa yang demikian ternyata kita merasakan hari hari ini ada yang mulai berobah.

Perobahan itu juga dirasakan dan kemudian diungkapkan oleh BJ Habibie ,Presiden Ketiga RI. Habibie mengemukakan meski sudah 20 tahun reformasi ,Indonesia malah dijajah politik identitas.

Presiden ketiga itu menambahkan Politik Identitas itu menguat sesudah Pilkada DKI 2017.( Kompas.com) Pernyataan Habibie yang mengaitkan 20 tahun reformasi dengan penjajahan politik identitas ,mengisyaratkan pengakuan bahwa penguatan politik identitas itu terjadi justru sesudah reformasi. 

Kita tentu harus mengakui banyak keberhasilan yang telah dicapai setelah reformasi digulirkan tetapi tidak juga bisa kita nafikan bahwa penguatan politik identitas justru sangat mengancam keutuhan kita sebagai satu bangsa. Hal yang sangat terasa dalam penguatan politik identitas itu terutama yang berkaitan dengan identitas agama.
"Saya Muslim" dan " Anda Non Muslim " adalah sebuah sikap yang diakui atau tidak telah terpatri disebahagian hati masyarakat kita. Sikap yang demikian juga telah masuk ke ranah politik yang kalau terus dikembangkan hal ini akan dapat memicu retaknya hubungan kita sesama anak bangsa.

Dalam pandangan saya, Sukarno sendiri juga menyadari perlunya upaya yang terus menerus untuk mengokohkan jati diri kita sebagai bangsa.Dalam konteks yang demikianlah ,Proklamator kemerdekaan itu menyatakan perlunya untuk menumbuhkan Nation Builiding.

Pembangunan sikap kebangsaan terutama akan berhasil apabila menjauhi politik identitas. Menurut hemat saya para elit politiklah yang punya peran besar untuk mencegah tumbuh suburnya politik identitas itu.

Sangat terpuji apabila hal yang demikian dilakukan oleh elit politik apalagi politik identitas itu digunakan hanya untuk kepentingan politik sesaat ketika pilkada,pilpres maupun pemilu legislatif.

Elit politik juga diminta agar dapat membuat peta tentang daerah daerah yang rawan dan rentan terhadap penggunaan politik identitas. Terhadap daerah yang demikian diharapkan juga elit politik tidak memaksakan keinginannya untuk mencalonkan tokoh tertentu dalam pilkada misalnya apabila diperkirakan pencalonan itu akan memantik menguatnya politik identitas.

Diperlukan kebesaran hati semua pihak untuk membuat langkah langkah penting sehingga kita ,seperti yang dikatakan Habibie tidak dijajah politik identitas.

Salam Persatuan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun