Pilpres 2019 memang masih sekitar dua tahun lagi.Tapi walaupun masih sekitar dua tahun lagi ,iklim pertarungan  pilpres tersebut sudah mulai terasa sekarang.
Para parpol kelihatannya sudah mulai bersiap siap menyongsong perhelatan akbar tersebut. Masyarakat juga sudah mulai bisa membaca koalisi parpol yang akan mengusung calonnya nanti.
Secara sepintas diperkirakan pasangan calon yang akan bertarung nanti hanya dua pasang dan merupakan pengulangan pilpres 2014. Yang membedakannya hanya pasangan cawapresnya.
Partai koalisi pemerintah akan mendukung Jokowi dan pasangannya sedangkan koalisi Gerindra -PKS dan PAN akan mendukung Prabowo Subianto dan pasangannya.
Parpol koalisi pendukung pemerintah: PDIP, Golkar,Hanura,PKB,Nasdem dan PPP kemungkinan akan sedikit  berbeda pendapat tentang siapa pendamping Jokowi sebagai cawapres dan begitu juga halnya dengan parpol koalisi pendukung Prabowo: Gerindra,PAN dan PKS juga mungkin juga masih berbeda pendapat tentang siapa yang mendampingi mantan Pangkostrad tersebut. Apakah cawapres Prabowo berasal dari PAN atau PKS.
Sedangkan sikap Partai Demokrat belum dapat ditebak apakah akan merapat ke kubu Jokowi atau kubu Prabowo.Tetapi kemungkinan besar partai ini akan mendekat ke kubu Jokowi.
Terlepas dari siapa nanti cawapresnya, tetapi terlihat Jokowi sudah cukup percaya diri untuk maju pada pilpres nanti bahkan telah meminta para relawannya untuk mulai berkampanye sejak sekarang.
Hal ini dikemukakan Jokowi pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) relawan "Projo" atau Pro Jokowi di Sport Mall Kelapa Gading , Senin,4/9/2017. Kompas.com ,4/9/2017 Â menuturkan ,Jokowi senang memiliki relawan yang militan seperti Projo.
Menilik isi arahannya pada pertemuan tersebut ,terlihat Jokowi juga membekali relawannya dengan bahan kampanye antara lain:
Pertama, keberhasilan pemerintah (Jokowi) mengadakan negosiasi dengan free port.
Jokowi mengatakan salah satu capaian terbesar dalam negosiasi tersebut ialah Freeport sepakat melepas 51 % sahamnya ke pihak Indonesia. Sebelumnya Freeport hanya mau melepas sahamnya maksimal 30 persen.
Jokowi juga menegaskan berapa tahun kita diberi saham hanya 9 persen dan terhadap yang demikian kita diam saja.
Kedua, tentang Blok Mahakam
Jokowi mengungkapkan 31 Desember 2017 ,kontrak Total E&P Indonesia di Mahakam akan berakhir.Sesudah kontrak dengan Total berakhir maka nantinya saham mayoritas harus dimiliki Indonesia. "Masa 1 persen saja enggak diberi? .Iya yang Mahakam Itu,diam saja bertahun tahun ",ujar Jokowi.
Ketiga,kemajuan pembangunan infra struktur.
