Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kena Ghosting Saat Nulis Skripsi, Kamu Rapopo, tho?

3 Maret 2021   21:48 Diperbarui: 7 Maret 2021   14:59 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: hijab-life.tumblr.com

'Mas, kita ketemuan di pojokan perpus pusat ya' sebuah pesan singkat masuk ke selponku. Aku balas singkat 'bab 3 mu udah sampai mana?. Dibalas  'hehe belum nambah mas'. Dalam hati, waduh kapan kelarnya itu skripsi, pengujinya bukan main-main DR. Faruk (saat itu beliau belum professor).

Mbak Yuni adalah teman dekat kadang mesra, buka teman tapi mesra (TTM). Awal perkenalan kami tidak pula istimewa. Kami sering ketemu di perpustakaan secara kebetulan. Perpustakaan adalah medium bagi mahasiswa (calon sarjana, pasca sarjana, bahkan mahasiswa doktoral) yang sedang menuntut ilmu di kampus.

Medium lainnya, apalagi kalau bukan kantin. Di FIB UGM (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada) orang menyebut Bonbin. Kalau orang menyebut ketemu di Bonbin habis kuliah, sudah pada ngerti. Itu artinya di kantin. Bonbin sendiri adalah kepanjangan kebun binatang. Kenapa disebut Bonbin, lain kali aja ya.

Mbak Yuni sedang menggarap skripsi yang menurut saya tergolong berat. Ia mengkaji salah satu novel karya Pramoedya Ananta Toer berjudul Arus Balik. Novel ini ditelaah dengan pendekatan materialisme historis.

Orang ini berani masuk ke teori materialisme historis maka mau tidak mau Ia akan berhadapan dengan karya-karya Karl Marx dan para pengikutnya. Salah satu pengikut atau cendikiawan yang dipengaruhi Karl Marx dalam bidang sastra adalah Terence Francis Eagleton atau Terry Eagleton. Cendikiawan Inggris ini banyak menulis buku terkenal diantaranya; After Theory (2003), Why Marx Was Right (2011), How To Read Literature (2013).

Kesulitan menggarap skripsi ini diakui Mba Yuni juga.  Dalam  kata pengantar skripsinya Ia menyebut;

Cerita penulisan skripsi ini setidaknya dimulai dengan tiga kata.  'Keterjebakan', 'keterputusan', 'keterlanjuran'.  Sedari pertama, jatuh cinta pada studi Eagleton pada lapangan kritik satra hingga saya berlarut-larut dalam euforia marxisme yang justru menjebak saya dalam kebingungan dan bacaan-bacaan yang agak panjang. (p. v)

Sejak berkenalan, kami menjadi sering diskusi dan jalan bareng karena nyambung. Saya kebetulan sedang mendalami karya-karya Marvin Harris, pencetus teori 'cultural materialism' dalam kajian ekologi manusia untuk tesis.

Marvin Harris juga sangat dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx. Karya-karyanya antara lain; Culture, People, and Nature (1975); Cannibal and King; Good to Eat: Riddles of Food and Culture (1985). Judul buku yang disebut terakhir sangat menarik bagi saya, karena Marvin Harris menyelidiki alasan kompleks mengapa makanan tertentu menjadi tabu di berbagai budaya. Misalnya, mengapa sapi menjadi binatang suci bagi pemeluk Hindu di India.

**

Sejak kenal kami menjadi lebih sering diskusi. Tidak melulu soal teori-teori. Kadang juga curhat masalah-masalah pribadi. Makin lama-makin dekat, namun ini pula yang membuat 'masalah'. Mba Yuni sudah dalam posisi akhir studinya. Hal yang dibutuhkannya sebenarnya adalah melakukan 'isolasi mandiri' agar bisa melarutkan diri pada buku-buku bacaan yang berat itu. 

Kalau sudah mumet, dianggurin tuh skripsi. Lalu ajak jalan dan ngobrol agar bisa fokus lagi ke skripsinya, katanya. Namun,  habis jalan-jalan, biasanya ngak nambah juga halaman skripsinya. 

Sebenarnya saya juga terisi karena mendapat pengetahuan masalah produksi sastra . Tema produksi sastra adalah salah satu topik yang dibahas Mba Yuni dalam skripsinya.

Novel Arus Balik disusun oleh Pram pada masa penahannya di Pulau Buru dan secara resmi terbit tahun 1995. Moda produksi satra yang diacu adalah model produksi pada masa Orde Baru yang cirinya; pemerintahan dipegang oleh militer berkongsi dengan 'teknokrat' sipil, didukung oleh wirausahawan yang oligopolistik, massa di demobilisasi, untuk mengendalikan oposisi pemerintah melakukan tindakan respresif' (p.18)

Bagian ini juga diskusi yang menarik, Mba Yuni mengatakan, bahwa model distribusi konsumsi dan pertukaran karya sastra di Indonesia sepenuhnya tergantung pada penerbit sebagai penjelmaan sistem kapitalis dalam perbukuan.  Ia melanjutkan, sebuah karya yang dihasilkan oleh pengarang tidak mungkin akan sampai ke tangan pembacanya tanpa campur tangan penerbit.

Ok. Jadi, industri penerbitan adalah industri yang membawa karya sastra menemui publik pembacanya melalui pasar perbukuan, pungkasnya.

**

Pesan singkat yang saya sebut di atas yang minta ketemuan di perpus pusat tidak saya penuhi lagi. Saya menghilang selama kurang lebih tiga bulan. Saya juga menghindari ketemu di kampus. Saya tahu persis di mana Mba Yuni biasa nongkrong. Tempat-tempat itu tidak saya lalui.

Kena ghosting, mungkin mba Yuni menjadi sadar bahwa Ia harus menyelesaikan skripsinya. Dan benar, ia menjadi fokus mengerjakan skripsinya, karena diskusi kami tentang pemetaan teori materialisme historis sebenarnya sudah panjang dan lebar.

Menjelang ujian, kembali mba Yuni mengirim pesan singkat (SMS), 'Mas aku mau ujian skripsi, datang ya". Saya datang pada saat ujian skripsi dan datang juga pada saat dia diwisuda.

Setelah skripsinya dijilid, saya mengintip kata pengantarnya.

Kepada (nama saya disebut):

Saya banyak berutang budi untuk pemetaan ideologi novel ini dan yang telah menyediakan diri sebagai 'bak besar' untuk menampung residu skripsi ini. Sekaligus guru paling kejam ketika kerja skripsi ini terbengkalai. Terima kasih atas segala perhatiannya, kasih sayang dan perhatiannya selama saya mengerjakan tulisan ini.

Mas, ke mana aja? Kok tega menghilang? 

Kamu rapopo, toh? Jawabku sambil senyum. Ia mengerti bahwa ia dihukum karena telah putus sambung dengan skripsinya. Namun semua itu ada hikmahnya, studinya selesai.

Saya menjabat tangan orangtuanya saat Ia diwisuda. Sementara itu, saya masih harus kembali ke Marvin Harris.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun