Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Rahmatullah Safrai

Founder Sekumpul EduCreative dan Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Premanisme dan Kekerasan Wartawan di Serang, Oknum Aparat dan Ormas Jadi Tameng Pengusaha?

21 Agustus 2025   19:45 Diperbarui: 21 Agustus 2025   19:45 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari kemerdekaan baru saja dirayakan. Upacara, pengibaran bendera, dan pidato. Lagu kebangsaan terdengar di berbagai lapangan, seolah negeri ini telah selesai dengan janji-janji yang pernah dituliskan dalam proklamasi. 

Tetapi, di Kabupaten Serang, Provinsi Banten, kemerdekaan itu terasa timpang. Ada luka yang tersayat, sepuluh wartawan dianiaya ketika sedang bertugas, justru pada hari yang semestinya meneguhkan arti kemerdekaan.

Peristiwa itu terjadi ketika Kementerian Lingkungan Hidup melakukan inspeksi ke PT Genesis Regeneration Smelting (GRS) pada Kamis Pagi, 21 Agustus 2025, sekitar pukul 10.00 WIB. 

Para wartawan, seperti biasa, hadir untuk merekam, menulis, dan memberi publik kebenaran. Tetapi kebenaran itu ditolak dengan gaya premanisme.

Menurut kesaksian, pengeroyokan dilakukan secara bersama, melibatkan oknum anggota Brimob yang seharusnya menjaga hukum, sekuriti perusahaan yang melindungi kepentingan industri, dan anggota ormas yang entah mengabdi pada siapa. 

Hukum seperti kehilangan alamatnya. Wartawan dipukul, dihalangi, diintimidasi. Kamera nyaris dihancurkan. Kasus kekerasan wartawan ini menunjukkan wajah buram relasi antara industri, aparat, dan kebebasan pers.

Ini bukan lagi sekadar insiden. Ketika seorang wartawan dipukuli, yang dilukai bukan tubuh semata, melainkan hak publik untuk tahu. Kebebasan pers, yang dijamin oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, robek di hadapan aparat yang justru seharusnya menjaganya. 

Maka pertanyaan pun terbit, kemerdekaan macam apa yang kita rayakan, bila suara yang mengabarkan fakta harus dibungkam dengan pukulan?

Aksi solidaritas wartawan Cilegon (pram) 
Aksi solidaritas wartawan Cilegon (pram) 

Reaksi muncul cepat. Dari Cilegon, para jurnalis berkumpul di Landmark kota. Mereka berdiri, bersuara lantang, menyatakan solidaritas. Aksi itu adalah pengingat bahwa pers bukan hanya profesi, melainkan pilar yang menyangga demokrasi. Bila pilar itu rapuh, maka runtuhlah rumah kebangsaan yang kita banggakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun