Lebih dari setengah abad KH. Ali Jaya mendedikasikan hidupnya untuk pengembangan Pendidikan Islam Al-Khairiyah. Terhitung sejak awal berdiri Pondok Pesantren Al-Khairiyah di tahun 1925 yang didirikan sang guru, Pahlawan Nasional Brigjen KH. Syam'un. KH. Ali Jaya memulai karirnya sebagai guru pioner atau pertama di Madrasah Al-Khairiyah Citangkil, Banten.
Pondok Pesantren Al-Khairiyah berdiri di sebuah kampung di pinggir pantai Selat Sunda, Kampung Citangkil, Cilegon, Banten.  Keberadaannya kemudian menjadi oase bagi pendidikan anak-anak pribumi Banten  yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak, baik mendapatkan pendidikan agama atau pun pendidikan umum layaknya sekolah milik Belanda dan para priyayi.Â
Seiring perkembangan lembaga pendidikan ini tidak lepas dari salah satu santri terbaik KH. Syam'un, yaitu KH. Ali Jaya yang turut mengembangkan dan membesarkan nama Al-Khairiyah, baik dari segi pendidikan mau pun organisasi.
Sejarah kehadiran Al-Khairiyah sendiri pada awal berdirinya, bukan hanya menekankan misi pendidikan, akan tetap juga mengandung dakwah dan perjuangan membela Tanah Air yang ingin lepas dari para penjaja Belanda dan Jepang. Bahkan misi dakwah mempengaruhi peran transformasi sosial masyarakat.Â
Al-Khairiyah kemudian menjadi institusi yang juga memiliki peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Tidak sebatas mengajarkan agama Islam, tetapi juga berperan meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap tingkah laku yang jujur, dan menyiapkan santri untuk hidup sederhana dan bersih.
KH. Ali Jaya menjadi salah satu santri terbaik yang dikader langsung KH. Syam'un sejak masuk Pondok Pesantren Citangkil pada tahun 1916. Putra daerah Kampung Cimerak, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Citangkil yang lahir pada 1 Juni 1901 dari pasangan Jaro Aldin dan Hawa. KH. Ali Jaya kemudian melaksanakan tugas suci sebagai santri untuk terus mengabdikan diri dan istiqomah dalam perjuangan mengembangkan pendidikan Islam Al-Khairiyah.Â
Dedikasi yang tinggi tidak hanya sebatas seorang kiyai yang bertugas mendidik para santri, namun dari segi pengembangan melalui organisasi yang bertujuan untuk menghimpun dan menjaga silaturahmi antar alumni, serta menjaga eksistensi lembaga Pendidikan Islam Al-Khairiyah agar terus tumbuh dan berkembang.
Berdasarkan analisa data catatan sejarah, penulis dapat menyebutkan bahwa KH. Ali Jaya menjadi kader penerus perjuangan KH. Syam'un yang sangat berkompeten dan sukses dalam mengembangkan Pendidikan Islam Al-Khairiyah. Bahkan pasca pendiri Al-Khairiyah itu wafat di tahun 1949, Al-Khairiyah tetap tumbuh dan bermunculan cabang-cabang madrasah baru yang tersebar ke penjuru daerah di Indonesia.Â
Pencapaian perjuangan KH. Ali Jaya dalam mengembangkan Pendidikan Islam Al-Khairiyah masih bisa kita saksikan hingga saat ini.
Semasa hidup KH. Ali Jaya mempunyai kiprah yang penting dan berjasa terhadap perkembangan Al-Khairiyah, baik pada masa sebelum atau sesudah kemerdekaan. Kendati usia KH. Ali Jaya saat itu masih relatif muda (kurang lebih 28 tahun) akan tetapi ia sudah memiliki kepedulian terhadap upaya pencerdasan anak-anak bangsa.Â
Tak hanya menjadi guru di Madrasah Al-Khairiyah Citangkil di tahun 1925 , KH. Ali Jaya berani mengembangkan dengan mendirikan Madrasah Al-Khairiyah cabang pertama di Kampung Delingseng pada tahun 1929.
KH. Ali Jaya mendirikan Madrasah Al-Khairiyah cabang Delingseng bertujuan memperteguh dan memperluas penyiaran pendidikan Islam dan ilmu pengetahuan dalam rangka menciptakan manusia yang bertakwa, berilmu, beramal, dan berakhlak mulia sebagai kader-kader masyarakat dan bangsa yang bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.Â
Tujuan ini selaras dengan cita-cita dan pola pendidikan yang juga ingin dicapai oleh perguruan Islam Al-Khairiyah melalui lembaga-lembaga pendidikannya. Semua jenis dan jenjang pendidikan formal yang bernaung di bawah pembinaan Madrasah Al-Khairiyah cabang Delingseng ialah: Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.
Program pendidikan atau bidang studi yang diajarkan pada Madrasah Diniyah yaitu Tauhid, Ushul Fiqh, Hadist, Tafsir, Nahwu, Balaghah, Akhlaq, Tharikh Islam, Fiqih, Shorof dan Mahfudzhot.Â
Sedangkan mata pelajaran yang ada di Madrasah Tsanawiyah adalah Tafsir, tauhid, Hadist, Fiqih Tharikh Islam, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Kesenian, Ilmu Tafsir, Akhlaq, Mustholah Hadist, Ushul Fiqh, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial dan pendidikan keterampilan. Sementara itu Madrasah Aliyah sedikit lebih banyak dari Madrasah Tsanawiyah.
Madrasah Al-Khairiyah Delingseng bahkan pernah diresmikan menjadi daerah istimewah menggantikan Madrasah Al-Khairiyah Citangkil yang telah di relokasi di tempat yang baru 22 Mei 1980. Madrasah ini pun kemudian resmi menjadi induk bagi ratusan cabang Madrasah Al-Khairiyah lainnya. Penetapan ini berdasarkan rapat pleno Pengurus Besar Al-Khairiyah yang dipimpin Ketua Umum KH. Syadeli Hasan. Bahkan, hasil pleno lainnya yaitu mengangkat KH. Ali Jaya sebagai Ketum Pengurus Besar Al-Khairiyah priode berikutnya.
Kini eksistensi Madrasah Al-Khairiyah Delingseng masih tetap beroprasi dan menjadi pilihan sekolah terbaik anak-anak di sekitar Kecamatan Citangkil. Gedung Madrasah Al-Khairiyah Delingseng masih tetap sama dengan alamat Jalan H. Agus  Salim, Lingkungan Delingseng, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon. Di bawah naungan Yayasan Al-Khairiyah Delingseng terdapat lembaga pendidikan dari tingkatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Madrasah Diniyah Takmiliyah  Awaliyah (MDTA) Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).
Peran KH. Ali Jaya dalam hal ini bisa menempatkan diri dalam kondisi apa pun. Meski sudah mendirikan cabang Madrasah Al-Khairiyah Delingseng, KH. Ali Jaya tidak meninggalkan kewajibannya di Madrasah Al-Khairiyah Citangkil sebagai pusat saat itu.Â
KH. Ali Jaya juga tidak hanya memikirkan perkembangan Madrasah Al-Khairiyah Delingseng saja, melalui wadah organisasi Jami'ya Nadhlatul Syubanul Muslimin yang di pimpinnya turut menggalang dana untuk pembangunan madrasah-madrasah cabang. Â Berkat kerja kerasnya ini, KH. Ali Jaya menjadi orang yang berjasa di masa-masa keemasan Al-Khairiyah karena percepatan penyebaran madrasah cabang yang begitu besar.
Dedikasi KH. Ali Jaya sebagai kiyai dan guru di Al-Khairiyah sebagai jalan jihad pendidikan di Cilegon Banten. Perannya tidak hanya membesarkan Madrasah Al-Khairiyah Citangkil yang menjadi cikal awal tumbuhnya 600 lebih cabang Madrasah Al-Khairiyah yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Hingga akhir hayatnya, 14 Oktober 1982, KH. Ali Jaya telah membuktikan pengabdian terhadap AL-Khairiyah sepanjang jaman.
-----
Sumber: Â Penelitian Tugas Akhir Kuliah STIT Al-Khairiyah Citangkil dengan judul "Peran KH. Ali Jaya dalam Mengembangkan Pendidikan Islam Al-Khairiyah", sidang Munaqasah/skripsi STIT Al-Khairiyah Citangkil pada 25 Maret 2021 dan penulis dinyatakan lulus oleh majelis penguji skripsi.