Bukan maksud saya membenci beliau, atau pun  bagian dari kampanye hitam untuk menjatuhkan dari kontestasi Pilkada Cilegon. Saya cuma sayangkan sebagai Wakil Wali Kota Cilegon tidak memberi contoh patuh protokol kesehatan Covid-19.
Kekhawatiran sejak dua pekan itu pun membuat saya parno. Sudah ada dua orang tetangga yang dijemput petugas untuk menjalani perawatan di RSUD Banten. Seiring dengan meningkatnya jumlah pasien tiap harinya, Cilegon pun memerah.
Kekhawatiran saya pun diperkuat dengan informasi dari para sahabat yang bertugas sebagai tenaga medis. Rumah Sakit di Cilegon tidak siap jika harus menangani pasien covid-19 dalam jumlah besar. Fasilitas kesehatan tidak mendukung.
Cilegon itu kota kecil, tapi jadi kota sibuk sebagai perlintasan antar Jawa dan Sumatra. Sayangnya kota industri ini pun diduga tidak serius menyiapkan rumah sakit khusus sebagai antisipasi meledaknya kasus covid-19.
Jika sudah begini, warga sudah cukup jadi korban dan kambing hitam yang menjadikan Cilegon zona merah.
Mulai dari sekarang, yuk peduli dan patuhi protokol kesehatan sesuai pencegahan Covid-19. Kita bisa dengan saling mengingatkan dan menguatkan untuk memutus rantai penyebaran virus corona.
Diketahui, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Cilegon hingga 22 September 2020, disebutkan Jumlah Kasus Konfirmasi 418. Sebanyak 217 pasien diantaranya sedang menjalankan isolasi/perawatan, 191 selesai dan 10 meninggal.