Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

97 Persen Pelajar di Banten Akses Pornografi, Kominfo Kebobolan?

13 Februari 2020   19:50 Diperbarui: 13 Februari 2020   19:48 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi situs porno. Shutterstock.com/ Lee Avison Photography 

Kepemilikan smartphone dikalangan pelajar rupanya berdampak pada kemudahan untuk mengakses konten pornografi. Sebuah survei dari Kementerian Kesehatan menyebutkan, sebanyak 97 persen pelajar SMP dan SMA di Banten pernah mengakses pornografi. Responden berasal dari 1.411 siswa SMP dan SMA yang ada di Provinsi Banten dan sebagian sekolah di Jakarta Selatan.

Besarnya hasil survei yang dilakukan tahun 2019 tersebut, muncul pada rapat Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Pencegahan dan Penanganan Pornografi bagi Anak yang diselenggarakan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Kependudukan dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Provinsi Banten, di ruang rapat Kantor DP3AKKB Banten, Rabu 12 Februari 2020. Paparan hasil survei ini ternyata  mengagetkan semua orang yang hadir dalam acara tersebut.

Sebuah sempel yang memperlihatkan bahwa ada fenomena kemudahan anak mendapatkan akses pornografi. Menjadi pertanyaan besar, Kementerian Komunikasi dan Informatika kebobolan?

Padahal Kominfo telah memblokir 1.025.263 situs porno sepanjang 2019. ini menunjukan adanya dugaan pemblokiran situs porno yang dilakukan Kominfo rupanya tidak memiliki pertahanan yang kuat. 

Bahkan hanya dengan aplikasi Virtual Private Network ( VPN) saja semua konten yang sudah diblokir masi bisa untuk diakses. Belum lagi setelah adanya pemblokiran situs, akan muncul situs baru yang lebih banyak.

Internet menjadi sumber utama dalam mengakses konten terlarang itu selain komik, film, koran, dan majalah. Kemudahan akses internet dikarenakan saat ini setiap pelajar sudah memiliki smartphone. Fasilitas yang mendukung membuat kemudian bisa mengakses konten porno. Apalagi akses porno bisa dilakukan dengan nyaman di Rumah tanpa mendatangi warnet lagi.

Dunia maya memang diciptakan dengan segala kemudahan. Bahkan Associated Press (AP) pernah menobatkan Indonesia sebagai surganya pornografi kedua setelah Rusia. Ironis memang, di negara ini industri pornografi bisa sukses besar.

Persoalan pornografi yang gampang diakses oleh siapa pun memang tidak sepenuhnya menyalahkan Kominfo. Kita cukup memahami bahwa Kominfo sudah melakukan pencegahan dengan melakukan pemblokiran.  Sehingga kemudian terjadinya kebocoran akses situs porno itu disebabkan adanya keinginan siapa saja untuk mengaksesnya. 

Yah, semua berasal dari keinginan dan kemudian dilakukan. Keberadaan smartphone di tangan, sama saja memberi kesempatan lebih besar untuk disalah gunakan seperti ingin mengakses situs porno. 

Siapa pun yang memiliki smartphone bebas melakukan aktifitas berselancar tanpa mendapatkan gangguan. Smartphone yang berisi konten hiburan dan media sosial menjadikan penggunanya tidak pernah merasakan bosan.

Pencegahan yang bisa dilakukan hanya dengan memberi pemahaman kepada anak agar bijak menggunakan internet. Jangan sampai paparan pornografi dapat menimbulkan dampak buruk bagi anak, seperti kecanduan, merusak otak, meniru,dan melakukan seksual.

Keberadaan smartphone yang dimiliki oleh tiap anak  menjadi persoalan yang penting untuk disikapi. Satu sisi sudah lumrah digunakan untuk memudahkan komunikasi, namun keberadaan aplikasi hiburan  pun harus dibatasi penggunaanya.

Perlu adanya pengingat yang dilakukan oleh orang tua kepada anak untuk mengurangi intensitas penggunaan internet. Kebiasaan berlama-lama memainkan smartphone hanya untuk menghabiskan waktu seharian untuk browsing akan berdampak buruk. Konten situs porno terkadang muncul sebagai iklan saat membuka aplikasi. Ini seperti menjadi pancingan bagi pengguna internet untuk masuk hanya dengan menekan dengan ujung telunjuk saja.

Kegiatan akses internet yang lebih banyak dilakukan di kamar atau di rumah, menjadi indikator bahwa penting adanya perhatian orang tua kepada anak. Perlu adanya pendekatan untuk mengecek langsung aktifitas anak yang berdiam diri di kamar dengan memainkan smartphone. 

Dengan adanya perhatian semacam ini, pencegahan bisa dilakukan dengan melakukan aktifitas lain yang lebih menarik dari pada asik dengan smartphone.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun