Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Agenda Out Class TPQLB Spirit Dakwah Indonesia

12 September 2022   10:32 Diperbarui: 12 September 2022   11:07 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi pribadi: para santri out class di Bukit Doho Kediri

Tiga, sebagai ajang pengembangan potensi dan kreativitas masing-masing santri.

Dengan adanya agenda out class ini setidaknya para santri merasa termotivasi dan ter-upgrade pengalaman afektif dan psikomotoriknya, sebab secara implisit mereka memiliki jadwal tetap belajar di alam terbuka.

Tempat baru yang mungkin belum dieksplorasi dan belum pernah dikunjunginya. Selain liburan tipis-tipis, agenda ini juga menambah wawasan--kolektivitas data, identifikasi benda-benda asing dan suasana alam yang ada di lingkungan sekitarnya--tentu bercengkrama dengan alam terbuka dapat membantu mengembangkan potensi dan kreativitas yang ada di dalam diri masing-masing santri.

Lantas bagaimana cara kerja alam dapat membantu mengembangkan pontesi dan kreativitas masing-masing santri? Hal itu dapat dimulai dengan merasakan dan menghayati bahwa kehadiran mereka selalu disambut baik oleh alam. Mereka tidak hidup sendirian. Tidak ada perbedaan antara dirinya sebagai manusia dan alam. 

Alam dan dirinya adalah satu kesatuan yang diciptakan Tuhan untuk membentuk harmonisasi yang sering disebut sebagai unit kehidupan. Satu sama lain saling ketergantungan; saling membutuhkan. Dalam diri manusia terdapat unsur yang sama dengan alam. Begitupun sebaliknya. Bahkan, terlalu banyak fakta-fakta unik selalu tertuang di ruang yang belum pernah mereka tapaki dan rasakan.

Penyingkapan fakta alam itu setidaknya membuka cakrawala pengetahuan dan petualangan imaji para santri bahwa di luar lingkungan sekitar yang menjadi tempat berpijaknya kaki mereka masih terbentang luas hal-hal baru yang harus diperhatikan. 

Hal asing yang melambai-lambai lama meminta untuk mengisi bagian-bagian tubuh tertentu yang kita sebut sebagai kebodohan. Lingkungan biotik yang memasrahkan diri untuk dieksplorasi. Satu media yang menjembatani tercerapnya pengetahuan dari Sang Maha Tahu yang dititipkan pada hal yang kerap kita sebut sebatas tumbuhan tak bernyawa.

Pepohonan yang rindang menjadi simbol bahwa kehidupan manusia di dunia harus dijalani dengan penuh ketenangan. Hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar selalu fokus pada tujuan meneduhkan. Persoalan-persoalan yang hadir dalam hidup bukan untuk pelan-pelan dilupakan melainkan dihadapi dengan penuh kebijaksanaan.

Selaiknya kita belajar menghadapi hidup dari banyaknya cabang dan ranting pohon, bahwa sederas apa pun masalah yang menerpa diri, sebenarnya pintu-pintu solusi telah banyak menunggu kedatangan kita di saat dan kondisi yang tepat. Yang perlu kita lakukan adalah terus berjalan dengan penuh ketulusan dan positif thinking meski diri ringkih akan luka yang tampak tak bertepi.

Perumputan hijau yang terhampar mengajarkan kepada kita semua bahwa hidup adalah sebuah proses yang berorientasi memberikan kemanfaatan. Tanpa pandang bulu siapa yang akan menerima derma yang kita lakukan. Di mana pun ia tumbuh di sanalah selaiknya masing-masing manusia memberi derma dalam wujud kemanfaatan. Sebagaimana rumput hijau, menguning dan lapuk pada waktunya.

Angin segar yang berhembus menjadi pengingat kepada khalayak santri, bahwa dalam memberi kemanfaatan ataupun kebaikan kepada siapa pun tidak boleh dikenang. Terlebih-lebih menjadi biang yang dibanggakan, menjadikan diri jumawa dan modus operandi meraup keuntungan yang diprediksikan. Belajarlah dari angin, memberikan kesegaran dalam waktu yang tepat dan dibutuhkan. Memberi dengan penuh ketulusan meski tanpa ada kata terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun