Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Meronce Labelisasi Sosok Ibu

22 Februari 2021   23:15 Diperbarui: 22 Februari 2021   23:44 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sementara mereka sibuk mencari formula yang tepat dalam menyebutkan, memahami dan menerjemahkan diri sendiri sebagai perempuan, di wilayah-wilayah yang katanya tradisional dan inferior masih saja sibuk mencari dalil untuk menguasai apa-apa yang berbau perempuan dikaitkan dengan kepentingan bawah perut dan iming-iming kenikmatan di hari kemudian. 

Sialnya, proses indoktrinasi itu tidak dirasa cukup mengganggu dan merugikan salah satu pihak. Justru kian hari ketimpangan itu dipandang sebagai satu solusi memahami kehidupan. Layaknya cengkraman Elang, tidak ada yang benar-benar mampu bebas dari candu yang terus digalakkan. 

Contoh kecilnya terwakili muda-mudi zaman edan sekarang. Betapa bucinnya mereka dengan mudah mengumbar sebutan Bunda dan Ayah, hingga akhirnya belum saja benar-benar telah menjadi sah atas dasar rukunnya nikah, eh sudah kepalang berperan "buka-bukaan" dan memberi apa pun yang ada dalam dirinya dengan mudah. Alamat, ujung-ujungnya susah. Orang tuanya berpikir keras menanggung malu mendayung gelisah.

Ah, sampai di sini ada benarnya pula qaul Syaidina Ali RA., "Kebenaran yang tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi", (Mujamil Qomar, 2014: 31).

Tertanda, lelaki yang mengidam-idamkan sosok ibu untuk anak-anakku. 

Tulungagung, 22 Februari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun