Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Suara yang Menyembuhkan: Ketika Sains Membuktikan Kekuatan Kasih Sayang

12 Oktober 2025   10:00 Diperbarui: 12 Oktober 2025   09:36 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Di tengah dunia yang makin bising oleh notifikasi, debat daring, dan tekanan hidup, sains justru menemukan sesuatu yang menenangkan: suara orang yang kita cintai bisa menurunkan stres dan menyehatkan tubuh.

Penelitian terbaru dari Feinstein Institutes for Medical Research dan National Center for Voice and Speech (2023) mengungkap fakta menarik --- suara perempuan yang dekat secara emosional dengan seorang pria, entah itu ibunya, pasangannya, atau sosok yang dicintainya, dapat membuat tubuh pria tersebut lebih tenang secara fisiologis.
Bukan karena romantika, tapi karena kerja ajaib saraf vagus, salah satu jaringan paling penting dalam tubuh manusia.

Saraf Ketenangan yang Menghubungkan Otak dan Hati

Saraf vagus adalah jalur komunikasi antara otak dan berbagai organ vital seperti jantung, paru-paru, dan sistem pencernaan.
Ia berperan besar dalam mengatur detak jantung, pernapasan, pencernaan, dan kadar stres.

Ketika kita menghadapi tekanan, tubuh secara otomatis masuk ke mode "fight-or-flight" --- mode siaga yang memacu adrenalin.
Namun, saat saraf vagus diaktifkan, tubuh beralih ke mode "rest-and-digest" --- keadaan tenang, pulih, dan stabil.
Inilah mengapa seseorang bisa merasa lega hanya karena mendengar nada lembut dari orang yang dicintai.

Suara yang Menggerakkan Sistem Saraf

Riset menunjukkan bahwa nada, ritme, dan kehangatan suara tertentu mampu memicu aktivitas saraf vagus.
Ketika seorang ibu berkata lembut, "nggak apa-apa, Nak, semuanya akan baik-baik aja," atau pasangan berbicara dengan nada penuh empati setelah hari yang melelahkan, tubuh kita benar-benar merespons.
Detak jantung melambat, napas menjadi lebih teratur, dan kadar hormon stres --- seperti kortisol --- perlahan menurun.

Hal ini bukan sekadar perasaan.
Gelombang suara membawa frekuensi tertentu yang, saat dikenali oleh otak sebagai tanda kasih, langsung memicu sistem saraf parasimpatis untuk bekerja.
Tubuh tahu bahwa kita aman.
Secara ilmiah, inilah efek nyata dari hubungan emosional yang sehat.

Kasih Sayang yang Terpahat dalam Biologi

Peneliti utama, Dr. Seth Pollak, menjelaskan bahwa temuan ini menegaskan betapa dalam hubungan manusia tertanam mekanisme biologis untuk saling menenangkan.
"Suara orang yang kita cintai adalah bagian dari sistem pengatur emosi kita. Ia bukan hanya komunikasi, tapi juga penyembuhan," ujarnya.Artinya, kasih sayang ternyata punya frekuensi biologisnya sendiri.
Tubuh kita, tanpa disadari, dirancang untuk menerima dan memantulkan kehangatan itu.
Mungkin itulah sebabnya bayi bisa tenang dalam pelukan ibunya, atau seorang suami merasa damai ketika mendengar istri berbicara dengan suara lembut --- bukan karena kata-katanya saja, tapi karena energi emosional di baliknya.

Ketika Ilmu Bertemu Makna

Bagi umat beriman, temuan ini tidak mengherankan. Dalam Al-Qur'an, Allah menggambarkan hubungan suami-istri dengan istilah "sakinah, mawaddah, wa rahmah" --- ketenangan, kasih, dan rahmat.
Kini sains membuktikan, ketenangan itu nyata, bahkan bisa terukur dalam detak jantung dan gelombang saraf.

Kita sering mengira penyembuhan datang dari obat atau terapi. Padahal, kadang yang paling ampuh justru sapaan lembut, pelukan tulus, dan suara yang penuh cinta.
Tubuh dan jiwa ternyata tidak bisa dipisahkan; keduanya berbicara dalam bahasa kasih.

Penutup: Penawar Bernama Suara

Mungkin kita tidak selalu punya solusi untuk semua masalah, tapi kita selalu punya suara.
Dan kadang, satu kalimat lembut dari hati yang tulus bisa menjadi obat yang tidak dijual di apotek.
Karena pada akhirnya, suara manusia bukan sekadar alat bicara --- ia adalah penawar yang menghidupkan jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun