Artinya, umat Islam tak boleh terbuai oleh janji siapa pun---baik Barat yang liberal maupun China yang komunis. Keduanya berdiri di atas paradigma materialisme, bukan keadilan berbasis wahyu.
Barat Gelisah, Dunia Mencari Arah
Kegelisahan Barat terhadap kebangkitan China tidak hanya karena ekonomi, tetapi juga karena ketakutan kehilangan kendali global. Selama berabad-abad, Barat memimpin dunia dengan ideologi kapitalisme dan sekularisme. Kini, pengaruh itu menurun. Dollar AS mulai digugat, pasar global mulai beralih ke Yuan, dan pengaruh politik Barat di dunia Muslim pun makin lemah.
Namun, di tengah perebutan pengaruh dua raksasa itu, dunia Islam tampak pasif. Padahal, umat Islam memiliki potensi besar---populasi 1,9 miliar, kekayaan alam melimpah, posisi geografis strategis, serta sejarah panjang sebagai pemimpin peradaban. Tapi potensi itu terfragmentasi oleh batas-batas nasional, kepentingan politik sempit, dan ketergantungan pada kekuatan luar.
Apa Dampaknya bagi Islam?
Kebangkitan China memberi peluang sekaligus ancaman bagi Islam. Dari sisi ekonomi, ada peluang kerja sama yang bisa memperkuat negara-negara Muslim. Namun, dari sisi ideologis dan peradaban, baik China maupun Barat sama-sama menolak Islam sebagai sistem hidup.
Barat menentang syariah dengan alasan kebebasan individu, sementara China menolak dakwah Islam dengan alasan keamanan negara. Dua-duanya memandang Islam sebagai ancaman terhadap stabilitas ideologi mereka. Karena itu, selama umat Islam tidak memiliki sistem politik sendiri, mereka akan terus menjadi objek permainan dua kekuatan besar ini.
Islam dan Jalan Ketiga
Dunia kini membutuhkan "jalan ketiga" di luar kapitalisme Barat dan sosialisme Timur. Islam memiliki konsep itu. Dalam Islam, kekuasaan tidak digunakan untuk dominasi, tapi untuk menegakkan keadilan. Hubungan internasional bukan untuk eksploitasi, tapi untuk dakwah dan kemaslahatan umat manusia.
Sejarah menunjukkan, ketika Islam tegak, dunia mengenal tatanan global yang adil. Negara Islam tidak menjajah, tidak memaksakan ideologi, dan tidak menindas bangsa lain. Dunia butuh tatanan baru seperti itu --- tatanan yang memuliakan manusia, bukan memperbudaknya.
Penutup: Antara Dua Kekuasaan, Islam Harus Mandiri