Bayangan Pedih Itu Nyata
Coba kita bayangkan sejenak. Di dunia, seorang raja bisa tidur di ranjang emas, tetapi di akhirat ia mungkin menggigil ketakutan. Seorang kaya bisa menumpuk harta tak terhitung, tetapi di hadapan Allah ia hanya membawa amal yang sepele. Saat itu, tidak ada lagi ayah, ibu, anak, atau sahabat yang bisa menolong. Semua sibuk dengan nasib masing-masing.
Bayangan pedih ini bukan dongeng, melainkan janji Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan hadis. Justru karena kasih sayang-Nya, kita diberi peringatan sejak di dunia, agar masih ada kesempatan memperbaiki diri.
Menjadikan Akhirat Tujuan Sejati
Dunia tetap perlu diurus. Kita bekerja, berusaha, dan mencari nafkah, itu bagian dari ibadah. Tetapi jangan sampai dunia menjadi tujuan akhir. Jadikan ia jembatan menuju akhirat. Seperti kata ulama, “Jadikan dunia di tanganmu, jangan di hatimu.”
Ketika akhirat menjadi tujuan, dunia akan ikut tertata. Kita tidak akan tamak, karena sadar semua hanya titipan. Kita tidak akan lalai, karena tahu semua akan dipertanggungjawabkan. Dunia akan terasa indah jika dipandang sebagai ladang amal, bukan singgasana abadi.
Penutup
Hidup ini sebentar. Dunia hanyalah persinggahan. Jika dunia dijadikan tujuan, akhirat akan terlupakan. Dan jika akhirat terlupakan, maka derita itu akan datang: gelisah di dunia, pedih di akhirat.
Maka marilah kita menundukkan ambisi dunia, menata hati, dan menjadikan akhirat sebagai tujuan sejati. Semoga Allah ﷻ melindungi kita dari siksa itu, dan menuntun langkah kita menuju kebahagiaan abadi di surga-Nya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI