Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Siraman Hikmah di Tengah Kegalauan Zaman

3 September 2025   06:00 Diperbarui: 3 September 2025   06:06 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegalauan Zaman Modern

Kita hidup di era yang penuh ketidakpastian. Perubahan datang begitu cepat, seakan waktu berlari meninggalkan kita yang masih terengah-engah mencari arah. Banyak orang merasa tersesat: ada yang hanyut dalam hiruk-pikuk dunia, ada pula yang lelah dengan pencarian tanpa ujung.

Kegalauan itu kian dalam ketika kita menyaksikan dekadensi moral. Anak-anak kehilangan adab kepada orang tua, pelajar menantang gurunya, sementara orang dewasa sibuk mengejar kepentingan pribadi. Bahkan, sebagian manusia mulai merasa cukup tanpa Tuhan.

Di saat yang sama, materialisme dan hedonisme menjerat semakin kuat. Kehidupan seolah hanya dinilai dengan harta, popularitas, dan kesenangan sesaat. Media sosial dipenuhi pencitraan, belanja dianggap penghibur, dan hiburan dijadikan pelarian. Namun ujungnya tetap sama: hati yang kosong, kegelisahan yang tak pernah reda, dan jiwa yang gersang.

Oase Hikmah dari Ulama

Di tengah padang kegersangan itu, Allah masih menghadirkan oase berupa hikmah para ulama. Saya pernah membaca sebuah nasihat indah dari seorang sufi besar Mesir, Dzun-Nun al-Mishri (wafat 245 H/859 M). Nasihat beliau terekam dalam kitab al-Jawahir al-Lu’lu’iyyah:

“Tanda kebahagiaan seorang hamba adalah mencintai orang-orang sholeh, rajin membaca Al-Qur’an, bangun malam untuk ibadah, duduk bersama ulama, dan memiliki hati yang lembut penuh kasih sayang.”

Betapa sederhana kalimatnya, namun sungguh dalam maknanya. Nasihat ini bukan sekadar teori, melainkan peta jalan menuju ketenangan sejati. Jika manusia menjauhi kegelisahan, maka inilah resepnya: dekat dengan orang sholeh, teguh dengan Al-Qur’an, sibuk beribadah di malam yang hening, mencari majelis ulama, dan melatih hati agar lembut penuh kasih.

Jalan Ketenangan

Kita semua merindukan ketenangan. Namun sering kali kita salah memilih jalan untuk meraihnya. Banyak orang menyangka bahwa ketenangan lahir dari harta berlimpah, jabatan tinggi, atau popularitas yang dielu-elukan. Nyatanya, semakin dikejar, justru semakin jauh terasa. Orang yang memiliki harta belum tentu damai, pejabat dengan segala kewenangan sering justru gelisah, dan selebritas yang tampak bersinar di panggung kerap menangis dalam kesepian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun