Dari Aksi Massa ke Layar HP: Ketika Kriminalitas Dapat Ribuan Like
Tengah malam tadi saya terbangun. Entah karena mimpi yang ganjil atau sekadar rasa haus, tangan saya refleks meraih HP. Awalnya hanya ingin mengecek jam, tapi rasa penasaran membuat saya membuka media sosial. Saya ingin tahu: bagaimana kabar aksi massa di Jakarta yang sejak kemarin siang sudah ramai diberitakan?
Betapa kagetnya saya. Layar HP penuh dengan tayangan pembakaran halte, gedung yang dijarah, bahkan penyerangan fasilitas publik. Lebih terkejut lagi ketika saya melihat jumlah “like” yang puluhan ribu, bahkan komentar yang mendukung tindakan itu. Ada yang menulis, “Sekalian aja bakar rumah pejabat anu.” Ada yang menyindir, “DPR jangan cuma nonton, giliran kalian dijarah juga.”
Pertanyaan saya sederhana: apakah orang-orang ini sadar bahwa apa yang mereka dukung adalah kriminalitas? Membakar fasilitas umum, menjarah barang, merusak gedung—semua itu jelas tindak pidana. Dan dalam kacamata agama, menyetujui perbuatan dosa sama saja hukumnya dengan pelaku.
Allah ﷻ berfirman:
“Dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Ma’idah: 2).
Rasulullah ﷺ bersabda:
(Apabila terjadi suatu dosa di muka bumi, maka orang yang menyaksikannya lalu ia membencinya, ia seperti orang yang tidak hadir. Dan orang yang tidak hadir tetapi meridhainya, ia seperti orang yang menyaksikan dosa itu.) (HR. Abu Dawud).
Ayat dan hadis ini menegaskan bahwa sekadar ridha—apalagi mendukung dan memberi “like”—sudah cukup untuk menyeret kita ke dalam dosa. Jari yang menekan tombol suka atau komentar dukungan bisa menjadi saksi di hadapan Allah kelak.
Kemarahan rakyat terhadap pejabat yang arogan atau kebijakan yang menindas adalah sesuatu yang bisa dipahami. Protes adalah hak rakyat, tapi merusak bukan bagian dari protes. Mengambil barang orang lain atas nama demonstrasi hanyalah kezaliman baru. Ironisnya, itu justru meniru perilaku zalim yang sedang diprotes.