تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
"Wafatkanlah aku dalam keadaan Muslim, dan gabungkanlah aku bersama orang-orang saleh."(QS. Yusuf: 101)
Doa ini mengajarkan, bahkan di puncak kejayaan sekalipun seperti Nabi Yusuf, yang terpenting adalah memastikan akhir hidup kita tetap dalam Islam. Saat melangkah keluar masjid, saya teringat lirik lagu Derry Sulaiman Hidup Sementara:
“Hidup sementara, hidup di akhirat selamanya…”
Benar, kemerdekaan itu penting. Tapi kebebasan sejati adalah selamat di akhirat. Dunia hanyalah persinggahan singkat; bekalnya adalah iman, amal, dan doa memohon husnul khatimah.
Karena pada akhirnya, setiap langkah kita—disadari atau tidak—adalah perjalanan pulang.
Usai salat, kami duduk bersama pengurus DKM dan sang khatib. Sambil menikmati hidangan Jumat Berkah, obrolan kami mengalir ringan tapi penuh makna—tentang program masjid, pengalaman dakwah, dan realitas umat hari ini. Dari khutbah yang baru saja terdengar, saya kembali diingatkan: kematian adalah kepastian, sedangkan hidup hanyalah kesempatan singkat untuk menyiapkan pulang.
Di perjalanan pulang, tanpa sadar benak saya memutar lirik Derry Sulaiman:
"Wahai Manusia..
Jangan Engkau Tertipu Daya
Oleh Dunia Yang Fana