Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gaji tak Seberapa, Gengsi Terlalu Tinggi: Saatnya Menimbang Ulang Arah Sistem Kerja Kita

3 Juli 2025   12:53 Diperbarui: 21 Agustus 2025   14:34 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di tengah keterpurukan ekonomi dan meningkatnya biaya hidup, kini mulai tampak pergeseran baru dalam mentalitas pekerja muda dan masyarakat bawah. Banyak dari mereka yang tidak lagi malu bekerja kasar — asalkan upahnya layak.

Mereka sadar, kerja halal di luar negeri tak mudah. Jauh dari keluarga, tercerabut dari budaya, terasing secara sosial. Kalau saja di dalam negeri buruh kasar digaji layak seperti di luar negeri, mereka tidak akan pergi. Mereka akan memilih tinggal, dekat keluarga, dan tetap menjaga nilai-nilai lokal.

Sayangnya, sistem ekonomi kita belum adil. Ketimpangan penghasilan sangat mencolok. Gaji direktur bisa miliaran rupiah, sementara pekerja lapangan hanya menerima 2-3 juta rupiah sebulan. Padahal mereka sama-sama manusia, sama-sama bekerja keras.

Sistem Kapitalisme Menghancurkan Keadilan

Sistem ekonomi kapitalistik mendorong penumpukan kekayaan di tangan segelintir orang. Prinsipnya bukan “kebutuhan manusia”, tapi “keuntungan maksimal”. Maka jangan heran jika buruh hanya dianggap biaya operasional, bukan manusia yang butuh hidup layak. Lebih  menyakitkan lagi, masyarakat pun ikut-ikutan menilai orang dari hartanya, bukan dari kejujurannya. Asal kaya, dihormati. Sumber kekayaannya? Tak penting. Maka tidak aneh bila banyak orang rela menghalalkan segala cara demi pengakuan.

Islam: Solusi Sistemik dan Mentalitas Baru

Islam memberikan solusi menyeluruh, bukan tambal sulam:

  • Bekerja halal adalah ibadah. Tidak ada pekerjaan yang hina selama halal.
  • Kesejahteraan rakyat adalah kewajiban negara. Negara wajib menjamin akses kerja dan distribusi upah yang adil.
  • Penilaian terhadap manusia bukan berdasarkan harta, tapi takwa. (QS. Al-Hujurat: 13)

Jika sistem ini diterapkan, rakyat tidak akan lagi tergoda ke luar negeri hanya karena uang. Mereka akan merasa dihargai, dimanusiakan, dan bisa hidup layak di negeri sendiri.

Penutup: Sudah Saatnya Berbenah

Kita tak bisa hanya menyalahkan rakyat yang bekerja ke luar negeri. Mereka korban dari sistem yang timpang. Tapi kita juga tak boleh pasrah. Perubahan harus dimulai: baik dari sistem ekonomi, maupun dari cara kita memandang pekerjaan.

Karena kemuliaan bukan terletak pada posisi kerja, tapi pada kejujuran dalam mencari nafkah dan keberkahan yang Allah limpahkan. Mari mulai menata ulang sistem ini: adilkan upah, muliakan pekerjaan halal, dan tumbuhkan kebanggaan bekerja di tanah air sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun