Mohon tunggu...
MamikSriSupadmi
MamikSriSupadmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Anggota Bank Sampah Desa. Anggota Fatayat Muslimat NU Ranting

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Balada Panggung, dari Idola ke Tiitik Nadirnya

21 September 2021   19:14 Diperbarui: 21 September 2021   19:26 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku biduan panggung..

Langgam lawasan atau lagu generasi ambyar aku mau,aku bisa. Sesuai pinta kalian pemirsa penonton yang setia. Goyang genit atau luwes memikat juga selalu kuhadirkan disetiap pesanan pentas, yang lembaran mawar merah dan birunya tentu saja semangat kutata dalam dompet kualitas KW1, branded hits tentunya.

Duh, suatu hari tak sengaja kuterjebak pil setan, pil gedeg pembangkit sukaria. Dibui, menyepi pertanggungjawabannya...

Dari sinilah, roda hidup berputar tak terduga.. tak lagi sama pamoria. Kusudah belajar atasi hasrat diri, berjanji nggak lagi dan nggak ingin lagi. Tapi tinta hitam yang tertulis tak mudah penonton lupa...

Kumaklum, idola impian mereka tentu saja yang layak moralnya. Apalagi bertumbuh idola baru yang sumringah dan mampu mengisi pentas lupakan yang lama. Pesaing panggung lama dan rekan kerja dulu ada yang sesekali menyapa dan ada yang menghilang begitu saja.  Ya sudahlah, suka duka dan lara ini aku sendiri yang harus menikmati, mengobati dan menyangga.

Tak ada guna marah dan memaki situasi yang tercipta. Barangkali mereka penonton setia dan Tuhanku menguji dan bertanya, apa iya tak akan mengulangi perbuatan yang sama? Begitu cara diri ini dicinta. Jadi kubalas dengan cinta juga. Tak menyesali, tak gusar dengan celoteh sana sini. Memulai lagi langkah lebih berhati hati. Rezeki lapang sempit disyukuri. Cukup tersenyum dan bikin simpul dihati, kalau ada yang mencibir dan tak menghendaki diri ini berkarya lagi. Dan berterima kasih, mengAamiini apabila ada doa dan support yang masih setia mendampingi. 

Aku biduan panggung yang pernah melewati kelabu.  Tak ingin kupaksakan pamoria penuh tebar pesona lagi seperti dulu. Tak kupungkiri masa lalu. Tapi tetap semangat langkah kaki ini untuk cita cita dan masa depanku.

( curhat dari mantan biduan panggung campursari )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun