Mohon tunggu...
Mahbubah mahmud
Mahbubah mahmud Mohon Tunggu... Penulis - Petualang literasi

Seseorang yang ingin terus belajar dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Luruh

30 September 2020   10:17 Diperbarui: 30 September 2020   10:25 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Entah laki-laki atau perempuan. Aku memang hidup sendiri di kota ini. Demi menyembuhkan luka yang teramat dalam di masa lalu. Dan aku juga belum menikah. Selalu menghindar saat ada yang berusaha dekat maupun menjodohkan dengan siapa saja. Baik itu teman kantor ataupun kerabat. 

Hatiku terkunci rapat. 

"Hmm, kalau Bunda keberatan, tidak usah dijawab dulu," Anugrah tampak merasa bersalah melihat ekspresi wajahku yang mendadak murung teringat masa silam. 

"Oh enggak. Gak papa kok," jawabku turut serba salah. 

Dia masih menatapku. Kali ini tangannya mengambil cup kertas di tanganku dan meletakkannya di bangku beton pembatas pot bunga taman. Lalu jemari tanganku digenggamnya erat. 

Dia menunggu jawabanku. "Masih belum ada yang menggerakkan hatiku." 

Aku menunduk. Merasa malu membalas tatapannya, dan yang lebih membuatku tak nyaman adalah detak jantung yang semakin tak karuan. Daun-daun pohon Tabebuya luruh tertiup angin. Bunganya jatuh di kursi yang kami duduki. Wajahku yang panas terasa sejuk diterpa angin malam. Aku menarik tangan perlahan. 

Pukul sepuluh malam dia bangkit, membuang sampah cup ke tempat sampah dan mengulurkan tangan mengajakku pulang. 

Sesampai di rumah  Anugrah memasukkan motorku ke garasi. Setelah itu dia mengambil motor bututnya yang ia parkir di bawah pohon jambu. 

Dia berpamitan. Mengambil tangan dan menciumnya pelan. Kali ini agak lama. Satu tangannya ikut menggenggam. 

"Nunu pulang Bunda, selamat beristirahat." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun