Mohon tunggu...
Abdurohman Sani
Abdurohman Sani Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dengan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

The Devil's Advocate

11 Desember 2022   23:48 Diperbarui: 11 Desember 2022   23:50 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Tulisan ini terinspirasi atau gubahan dari paradoks tukang cukur, kisah ini cukup terkenal bagi orang yang menggeluti dunia filsafat. Namun ada anti-tesis yang dikemukakan sebagian ahli filsafat pada bentuk paradoks ini dengan dalih bahwa 'paradoks tukang cukur' ini bukanlah paradoks, melainkan sebuah kekacauan berfikir.

Dimulai dari tesis dan anti-tesis itulah saya mencoba berfikir moderat untuk mengambil jalan tengah dengan cara mensintesa paradoks ini, mengutip dan menggubahnya menjadi suatu bentuk teka-teki hukum.

selanjutnya mari kita simak kisahnya ;

Dikisahkan :
Pada zaman dahulu kala ada sebuah kerajaan yang semua warganya (warga laki-laki) memiliki rambut panjang (gondrong), kemudian masa bergulir kepemimpinanpun digantikan oleh seorang Raja yang sangat terobsesi dengan kepala yang tidak memiliki rambut (Botak) berdasarkan trauma mendalam kepada orang yang memiliki rambut panjang sehingga sang raja memberikan maklumat berkenaan dengan semua warganya tersebut, bahwa semua warganya harus botak ; Kemudian sang raja memberi perintah kepada seorang filsuf untuk membuat sebuah peraturan /UU yang seadil adilnya dan terikat kuat dengan jabatan sebagai raja (Peraturan ini harus diterapkan siapapun penerusnya / rajanya) dan wajib dilaksanakan oleh semua warganya dan atau keluarga Kerajaan mengenai peraturan mencukur rambut, dan yang tidak atau menolak memiliki kepala botak akan mendapat hukuman mati dengan cara di pancung.

Peraturanya yaitu ;
1. Semua warga harus mencukur rambutnya.
2. Semua warga tak boleh mencukur rambutnya di kerajaan lain.
3. Semua warga harus mencukur rambutnya di tukang cukur.
4. Semua warga tidak boleh mencukur rambutnya sendiri.
5. Tukang cukur hanya mencukur orang yang tidak mencukur rambutnya sendiri.
6. Jika tukang cukur mati maka Sang Raja akan menggantikan tukang cukur dan pada saat yang sama sang raja harus meninggalkan jabatannya sebagai Raja dan menyerahkan jabatannya kepada penerusnya atau kepada siapapun yang dikehendakinya.
7. Raja Beserta keluarga Raja hanya boleh di cukur rambutnya oleh tukang cukur yang telah mencukur habis rambutnya (botak).

Ironinya hanya terdapat satu tukang cukur di kerajaan itu.
Teka-tekinya, siapa yang mencukur rambut si tukang cukur?

Mengingat ;
Peraturan ke 2, tukang cukur tidak boleh mencukur rambutnya di kerajaan lain.
Peraturan ke 3 Tukang cukur harus mencukur rambutnya ke tukang cukur, yang kebetulan propesi tukang cukur itu disandang dirinya sendiri, sedangkan cuma dia satu-satunya tukang cukur di kerajaan itu dan kalau dia mencukur rambutnya sendiri, berarti dia telah melanggar peraturan ke 4.

Menimbang :
Peraturan ke 5 Tukang cukur hanya mencukur rambut orang yang tidak mencukur rambutnya sendiri ; Jika Tukang cukur tidak mencukur rambutnya maka dia akan dihukum mati, jika tukang cukur mati maka sang raja harus menggantikan propesi tukang cukur dan selanjutnya sebagaimana disebutkan berdasarkan peraturan ke 6, sedangkan sang Raja beserta keluarganya hanya boleh dicukur oleh tukang cukur yang telah mencukur habis rambutnya (botak) berdasarkan peraturan ke 7.

ENDING
Sang Raja tidak kehilangan jabatannya.
Semua warga, keluarga Kerajaan pada akhirnya termasuk si tukang cukur mencukur rambutnya sampai botak tanpa seorangpun yang di eksekusi (hukuman mati).

Catatan :
Diharapkan pembaca berhati hati menjawab karena jika anda salah menjawab dan atau tanpa dalil yang kuat artinya anda akan membuat tukang cukur dihukum mati, membuat raja kehilangan jabatannya dan implikasi lain yang fatal bisa saja terjadi.

by
Abdurohman As sani

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun