Mohon tunggu...
erlinda ika mawarti
erlinda ika mawarti Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum,Fakultas Ilmu Sosial,Universitas Negeri Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mau Dibawa Kemana Masa Depan Indonesia

18 Juni 2015   13:51 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:43 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara tentang kemajuan bangsa hal yang pertama kali disoroti adalah ekonomi dan pendidikan. JIka pendapatan perkapita masyarakat tinggi negra tersebut digolongkan kedalam negara maju. Disampung itu, kualitas pendidikan di negra tersebutpun turut menentukan. Sebuah negara maju dibangun oleh anak-anak bangsa yang cerdas, terdidik, dan terpelajar. Anak bangsa yang seperti inilah yang dibutuhkan untuk membangun Indonesia. Menjadi anak bangsa yang cerdas, terdidik, dan terpelajar tidaklah mudah. Sangat diperluykan peran berbagai pihak, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan asset yang sangat berharga. Namun, seolah-olah keberpihakan terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia kurang diperhatikan. APBN untuk pendidikan menvapai 20 % atau sekitar 404 Triliun rupiah. Angka 404 Triliun jumlahnya tidak sedikit, namun pemerataan pendidikan sampai sekarang belum terwujud. Hampir 60 tahun Indonesia merdeka, tapi apakah rakyat sudah sepenuhnya merasa medeka. Bulan mei yang lalu kita memperingati hari pendidikan nasional.

Melihat kondisi pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Masalah yang pertama adalah kurang terdistribusinya secara merata sehingga terjadi kelebihan tenaga pendidik disatu tempat sedangkan diwaktu yang sama terjadi kekurangan tenaga pendidik di daerah lain. Program SM3T juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kebutuhan tenaga pendidik untuk daerah terdepan, terluar dan tertinggal. Perlu waktu yang tidak sedikit untuk melihat hasilnya. Masalah yang kedua adalah minimnya fasiltas pendidikan yang disediakan untuk anak- anak yang bersekolah di daerah yang terpencil. Fasilitas ruang kelas yang tidak layak juga banyak ditemukan. Fasilitas yang seadanya juga masih banyak dialami oleh sekolah-sekolah di Indonesia. Tuntutan mutu pendidikan tanpa didukung dengan fasilitas, sangatlah mustahil. Teknologi yang semakin canggih berkembang begitu pesat, namun pendidikan di Indonesia masih saja terkendala dengan maslah-masalah yang sangat mendasar. Jangankan untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerataan pendidikanpun belum dirasakan oleh semua kalangan. Masalah yang ketiga adalah semakin mahalnya biaya pendidikan yang seolah-olah mengesampingkan kondisi perekonomian masyarakat. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebgai upaya pemerintah untuk mennaggulangi masalah tersebut, namun itu saja tidak cukup. Masih banyak siswa sekolah yang belum merasakan pengaruh yang besar dengan adanya BOS karena dana BOS tersebut hanya bisa mensubsidi sebagian kecil dari biaya sekolah. Biaya lain-lain seperti pengadaan seragam sekolah, biaya untuk kegiatan ekstrakurikuler, dan lain sebagainya juga masih ditanggung oleh siswa sekolah. Siswa yang berasal dari keluarga golongan bawah seperti buruh dan pedagang kecil merasa sangat keberatan karena harus menaggung biaya hidup dan pendidikan yang semakin mahal, namun tidak sebanding dengan pengahasilan yang tidak pasti. Masalah yang keempat adalah kurangnya akses dan informasi tentang beasiswa pendidikan bagi siswa kurang mampu di daerah pelosok. Masalah ini seringkali menyebabkan banyak anak yang putus sekolah terkendala dengan biaya sekolah. Tak ada gading yang tak retak, pepatah itulah yang sepertinya pantas untuk kondisi pendidikan di Indonesia. Semoga para pembaca dapat memberikan solusi terbaik untuk pendidikan Indonesia dan kemajuan bangsa Indonesia. Salam pendidikan.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun