Bulan ini anak-anak ada libur tengah semester. Dari jauh hari, saya dan suami sepakat merencanakan liburan kecil sebagai sarana refreshing anak-anak. Kami sengaja mengambil liburan di hari kerja supaya lebih aman, nyaman, dan terhindar dari kerumunan.
Kali ini kami mencoba menjelajah daerah Ciwidey, Bandung Selatan. Tujuan pertama kami adalah Kawah Putih. Jujur, kami belum pernah kesana padahal tempat wisata ini sudah terkenal dari jaman dahulu.
Akhirnya, hari Kamis (18/3) kemarin kami sekeluarga kesampaian berlibur di Kawah Putih. Sebuah pengalaman geowisata menyenangkan bersama anak-anak.
Panorama Alam yang Indah
Kira-kira jam 10.00 pagi kami sampai di kawasan wisata Kawah Putih. Perjalanan yang sangat lancar dari Cikarang. Anak-anak sangat antusias, meskipun si Bungsu sebenarnya tidak begitu tahu apa itu kawah. Mungkin anak umur 4 tahun itu yang penting jalan-jalan keluar dari rumah.
Sampai di depan lokasi, sebelum penjualan tiket, ada  desinfeksi untuk mobil dan pemeriksaan suhu tubuh. Setelah itu kami membeli tiket. Semua petugas bermasker dengan benar. Harga tiket masuk untuk mobil sebesar Rp 162.000 dan tiket terusan pengunjung (kalau tidak salah ingat) sebesar Rp 38.000.
Dari loket tiket menuju kawah merupakan perjalanan yang mengasyikkan. Kurang lebih sepanjang 5 km menuju ke kawah. Rasanya bahagia bisa menikmati hijau pepohonan, udara segar, suara burung dan satwa hutan. Udara terasa sejuk dan menyegarkan.
Sampai di parkiran mobil, kami menyempatkan untuk ke toilet. Udara terasa dingin. Begitu juga air toilet yang sangat dingin. Tak banyak mobil yang parkir. Bisa jadi hanya 5-6 mobil saja.
Dengan bermasker, kami menuju ke Kawah Putih. Anak-anak sangat bersemangat. Kami harus menuruni tangga menuju kawah. Tangga ini sangat curam dan ketika pulang mendaki tangga ini cukup melelahkan.
Selain itu, kami juga berpikir hari itu jumlah pengunjung sedikit, tentu tak banyak yang memakai jasa mereka. Jumlah pengunjung hari itu bisa dihitung dengan jari. Bahkan jumlah bapak-bapak yang menawarkan jasa foto ini malah lebih banyak dibanding pengunjung.
Pandemi ini memang berimbas pada sepinya tempat wisata. Pun di akhir pekan, katanya Kawah Putih tak lagi seramai dulu.
Ketika kami sampai di depan kawah, bau belerang mulai menusuk hidung. Namun, tak sekuat bau belerang di kawah Dieng. Air kawah berwarna hijau toska. Duh, seindah ini alam semesta!
Anak-anak senang karena ini kali pertama kami membawa ke danau kawah. Si sulung penasaran, dia pun mencelupkan jari ke air kawah. "Anget," katanya. Ohya, di sekitar kawah banyak pohon cantigi yang mati sehingga nampak seperti ranting  mati. Sangat instagramabel untuk berpose.
Dermaga Ponton
Setelah berjalan di Cantigi Walk dekat kawah, kami mencoba jembatan ponton yang menjorok ke kawah. Tempat ini bagus dan menjadi spot favorit untuk berfoto termasuk prewedding.
Senyum selalu mengembang, bahkan si Sulung yang biasanya malas foto bolak-balik tersenyum ketika difoto. Sebuah pengalaman baru yang sederhana.
Saya dan suami juga menikmati tempat yang eksotis ini. Danau alam hasil letusan gunung Patuha. Pesona alam yang sebenarnya.
Selesai mengeksplor area kawah, kami ke Cantigi Skywalk bagian atas yang merupakan shelter pandang yang ramah untuk lansia. Sekalian jalan pulang, begitu pikir sayaÂ
Setelah mendaki tangga, kami sampai di Cantigi Skywalk. Tempat ini berupa jalan dan jembatan panjang di atas lereng kawah. Jembatan dari bambu ini ramah untuk lansia yang ingin menikmati pemandangan kawah.
Berhubung hanya kami berempat yang meniti skywalk, kami memutuskan untuk melepas masker. Udara terasa segar dan sejuk. Sesekali angin gunung bertiup.
Dari skywalk ini, kita bisa melihat Kawah Putih dari ketinggian. Jika tidak berkabut, bisa jadi gunung Patuha di belakangnya akan terlihat. Apalagi kalau cuaca cerah dengan langit biru, tentu pemandangan kawah akan lebih indah.
Skywalk ini termasuk panjang. Di ujung skywalk, pemandangan luar biasa. Kawah Putih terlihat sangat indah. Perjalanan yang sedikit jauh terbayarkan.Â
Kawah Putih yang Bersih
Satu yang membuat saya terkesan dengan kawasan wisata ini adalah kebersihannya. Saya tak menemukan jejak sampah sedikitpun. Bisa jadi karena tak ada yang berjualan makanan dan minuman di sekitar kawah.Â
Kompleks penjual makanan ada di bawah, dekat penjualan tiket. Dengan begitu, kawasan danau kawah bersih dan rapi.
Hmmm... sungguh semesta sedang bersahabat dengan kami. Tak terbayang jika hujan, mungkin kami tak jadi mengunjungi Kawah Putih yang eksotis dan mempesona ini.
Cikarang, 27 Maret 2021