Mohon tunggu...
Suharyanto Mallawa
Suharyanto Mallawa Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpusnas

Belajar Menulis Kepustakawanan dan Perpustakaan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jejak Literasi di Perpustakaan Daerah Timor-Timur (1993-1997)

10 Juni 2022   22:12 Diperbarui: 11 Juni 2022   06:24 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Seusai upacara dan perlombaan

Pagi ini saya melihat dan membaca postngan di WAG Perpusda TimTim yang dikirim oleh bu Rasmi. Postimgan berupa gambar Kantor Gubernur Provinsi Timor Timur dengan narasi Rindu tempat ini.

22 tahun kita tinggal postingan tersebut ditanggapi oleh saya dengan komen Tempat kita pernah upacara lalu disusul mbak Yuswani memberikan tanggapan semua tinggal kenangan, cuma tinggal rumah kita yang masih ada di Timor-Timur.  Kak Nyoman juga memberikan komen Jadi rindu lihat tempat ini.

Ya itulah kenangan kita semua sebagai teman dan rekan sejawat di kantor Perpustakaan Daerah Timor Timur, yang pernah bersama-sama dalam suka dan duka, mungkin lebih banyak dukanya, tapi puji syukur kita panjatkan ke Tuhan karena kita merasakan berkehidupan di Bumi Lorosae.

Teman-teman seperjuangan yang masih aktif di WAG Perpusda TimTim diantaranya Arief, Dewi, Hartono, Herlyna, Joksan, Meini Rosita, Rasmi, Mustafa Sangadji, Taman, Yuswani, Agus, Alpius, Dorkas, KoriMartini, Mondus,  Melkianus Mooy, Nyoman, Rosma, Repindo. Teman-teman yang tidak ada di WAG diantaranya Dorce, Dani Patty, Lamber, T. Syamsul Bahri  David Tulak, Roberto dearoujo, Tomasia Ximenes, Dorkas Amalia, Subki. Yang sudah meninggal Alex, Anwar, Wandi, Cornelis, Yulianus May, Abu Bakar, Kuswarno, Risanjono, Akerina, Herman, Toni Tappang, Markus, Muktar, Rosmala Togatorop.

                           

Dokpri : Ruang Referensi
Dokpri : Ruang Referensi

Cerita tentang Bumi Timor Lorosae tak akan pernah habis-habisnya, dan kita mempuyai kenangannya masing-masing. Kenangan Kota Dili di Bumi Lorasae yang indah pantainya, bagusnya Dili Cathedral, pertokoan Kolmera, Pelabuhan Dili, Bandara komoro, Masjid An Nur Kampung Alor Dili.

Semuanya itu kenangan Ketika tinggal di Dili Timor Timur. Roti paung juga mempunyai cerita tersendiri, dimana setiap orang yang baru dating ke kota Dili maka pasti ditawari makan roti paung, begitu pula dengan saya yang harus mencoba roti paung, rotinya sangat keras dan tidak ada rasa. Biasanya dimakan bersamaan dengan kopi atau the jadi kopinya tinggal dicelupkan saja.  

Kita semua pegawai perpustakaan telah melewati dan memiliki rekam jejak membangun literasi di Bumi Lorosae. Kantor Perpustakaan Daerah Timor Timur di Jalan Vila Verde Kota Dili,  yang berhadapan langsung dengan Universitas Timor Timur juga punya kenangan dan ceritanya tersendiri. Sebelumnya kantor perpustakaan berlokasi di SMP Negeri 1 dibelakang Kantor Gubernur atau sebelah Kantor Polisi Wilayah Lama

Kantor Perpustakaan Daerah Timor Timur  yang berdiri megah, gagah, dan elegan dengan warna putih sebagai lambang kesucian. Kantor di mana kita memberikan layanan kepada masyarakat, sekaligus tempat berinteraksinya kita dengan masyarakat.

Sesungguhnya kantor kita adalah Kantor Nusantara,  di mana asal kami pegawai yang ada semuanya berbeda-beda, ada yang dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku berkumpul di Bumi Lorosae dengan balutan Merah Putih.

Gedung Perpustakaan secara fisik berlantai tiga. Lantai utama terdiri dari lobi utama yang disekitarnya ada ruang baca anak-anak, ruang baca remaja, dan ruang baca dewasa.

Lantai 2 merupakan ruangan Pengolahan dan Deposit, Ruangan Pustakawan, Ruangan kepala seksi layanan, dan ruangan referensi an surat kabar. Lantai 3 meruapakan ruangan Kepala Perpustakaan, ruangan bendahara, ruangan Kepala Tata Usaha dan ruangan Tata Usaha.

Kepala Perpustakaan Daerah Timor Timur yang pernah memimpin adalah

1. M.F. Radjabaycole tahun 1986-1989

2. Muhammad Zein 1990-1992

3. Ensen Saragih 1992-1994

4. Willem Kumakau 1994-1996

5. T. Syamsul Bahri 1996-1999

Sumber gambar : Foto dari WAG TimTim
Sumber gambar : Foto dari WAG TimTim

Mengemban tugas sebagai pustakawan, membumikan literasi di daerah konflik tidak lah mudah. Upaya dan kiprah  pada waktu itu terus kita lakukan agar masyarakat bisa mendapat pengetahuan melalui bahan bacaan yang kita siapkan baik berupa buku, surat kabar dan majalah.

Saya sendiri menginjakan kaki ke Bumi Lorasae tahun 1993, ditempatkan di bagian referensi,   dan mendapat bimbingan kerja dari Bu Yuswani, bu Kory, pak Repimdo, dan juga teman2 yang lainnya di ruangan referensi dan surat kabar. Pertama kali menginjakan kaki di bumi loro sae saya langsung diajak oleh satu keluarga yang saya kenal di atas kapal ketika perjalanan dari pelabuhan Surabaya ke pelabuhan Dili. Keluarga tersebut tinggal di Perumnas di kota Dili, keluarga kecil yang memiliki satu orang anak, sang suami asal dari Batak dan istrinya asal Jawa, keluargi ini yang pertama kali menolong saya di Kota Dili. Setelah satu malam di rumah keluarga yang baik ini (saya lupa namanya), ke esokan harinya saya datang ke kantor perpustakaan saya langsung ke ruangan Tata Usaha dan bertemu denga pak Anwar dan mas Taman. Dengan Mas Taman saya diajak tinggal Bersama di kontrakannya hampir 2 tahun saya satu kontrakan dengan Mas Taman.  

Masih tersimpan di dalam memori saya, rumah kontrakan saya di Vila Verde persis di sampaing kantor Perpustakaan dan tak jauh dari Gereja Katolik Katedral, Rumah kontrakan terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, dibelakangnya ada dapur dan kamar mandi, dan semuanya serba minimalis alias ukurannya sangat kecil namu menyimpan berjuta-juta kenangan. Di rumah inilah teman-teman kantor sering datang untuk bercengkrama, di rumah ini pula tempat saya menempa diri untuk menjadi pribadi yang kuat, di lingkungan rumah ini juga saya belajar memaknai kehidupan di perantauan yang sangat berbeda jauh dari latar belakang kehidupan saya baik dari segi budaya, adat istiadat dan agama yang berbeda dengan masyarakat setempat. Terakhir rumah ini menjadi kenangan yang manis dan indah bersama istri saya, setelah menikah 2 Mei 1997, saya bersama istri menempati rumah kontrakan ini sampai bulan Juli 1997, ya 3 bulan berbulan madu dengan Istri saya. Dan saya meninggalkan bumi lorosae tahun 1997 bersama istri menuju Jakarta selanjut tinggal di Bandung untuk melanutkan kuliah S1 Ilmu Perpustakaan di Universitas Padjadjaran.   

kapal-kalimutu-62a3cd4efca4e416d71b7c34.jpeg
kapal-kalimutu-62a3cd4efca4e416d71b7c34.jpeg
                                                                                   Dokpri : Di Pantai Dili dengan latar Kapal Kalimutu

Selama kurun waktu 4 tahun 1993-1997 yang saya ingat hal-hal yang saya lakukan adalah menyusun indeks surat kabar, memberikan pelatihan di bimtek-bimtek perpustakaan, pernah juga mengikuti layanan mobil keliling. Kepelosok daerah-daerah di Timor Lorosae. Yang pasti saya mendapatkan jodoh dan menikah di Dili  Timor Timur pada tanggal 2 Mei 1997.

Teman sekerja yang bernama Nyoman menceritakan,   perjalanan hidup saya di Dili  dari tahun 1986 dan sekolah SMA pun disana sampai pekerjaanpun dapetnya di Timor Timur sehingga bisa ketemu dengan  teman-teman dari berbagai daerah...kita sdh seperti keluarga hanya karena situasi dan kondisi yang membuat kita terpisah tapi walaupun berjauhan kita harus  selalu saling menyapa dimanapun kita bertemu jangan  pernah lupa dengan persaudaraan kita waktu di Tim tim...jadi kangen masa lalu kita dulu yanto,

Rosma Marpaung menceritakan saya ada disana dari tahun 1982  keluar dari sana Juni 1999 luar biasa prop. Timor Timur propinsi termuda pada waktu itu.

Mengamati postingan di WAG malam ini, semakin jelaslah bahwa catatan literasi di bumi lorosae sudah dimulai pada tahun 1987, fakta yang ada Alpius May sudah melakukan perjalanan mengusung literasi sejak tahun 1987 di Kota Viqueque mendampingi kepala perpustakaan daerah Timor Timur M.F. Radjabaycole, Bersama David dan Kornelis.

Cerita Kapal Motor Kelimutu

Kapal Motor Kelimutu (KM Kelimutu), ya sebuah kapal yang membawa saya mengarungi lautan yang luas dan tidak terbatas, empat hari lima malam, berangkat dari pelabuhan Surabaya, kapal ini sekali berangkat dapat menampung 500-1000 penumpang, tempat penumpang berupa tempat tidur yang berjejer panjang  di ruang dek penunpang sehingga dapat mengenal satu dengan yang lainnya. Selama mengarungi lautan semua aktivitas dilakukan di atas kapal mulai mandi, makan, dan beribadah. Urusan mandi dan makan pastinya harus bergantian dan antrean yang cukup panjang. Makan disiapkan 3 kali satu hari, pagi, siang dan malam, kalau masih terasa lapar masih ada kantin yang menyediakan mie seduh dalam gelas. Foto saya dipinggir pantai masih saya simpan sebagai dokumen dan dibelakang foto ada tulisan dengan kalimat : Foto di pinggir pantai dan dibelakangnya ada kapal Kelimutu, kapal ini yang Yanto naiki dari Surabaya ke Dili dan ini teman-teman Yanto, yang satu namanya Melky orang  Rote NTT, yang satunya lagi Mas Tohir pakai baju biru orang Jawa Timur). 

DIlanjut pada bagian kedua...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun