Mohon tunggu...
Malinda Elfanni
Malinda Elfanni Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa aktif pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dengan hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Sate Klathak Pak Pong: Kuliner Ikonik Bantul yang Tak Pernah Pudar

21 Mei 2025   18:53 Diperbarui: 21 Mei 2025   19:06 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
                                        Sate Klathak                                         Sumber: Maps Sate Klathak Pak Pong

                                                                                                                             

Apakah kamu penggemar kuliner dari sate klathak? Kuliner ini telah digandrungi banyak kalangan mulai dari anak-anak hingga orang tua. Di antara sekian banyaknya penjaja sate, nama sate klathak Pak Pong tetap eksis hingga saat ini. Berlokasi di Bantul, sate klathak Pak Pong menciptakan keterpaduan rasa yang konsisten hingga kini. Semboyannya mengatakan bahwa "belum ke Jogja jika belum datang ke sate Klathak Pak Pong" telah menjadi ikon kuliner di Bantul Yogyakarta. Aroma lezat dari sate yang dibakar dengan bara arang menambah cita rasa dan sensasi kuliner yang memanjakan lidah.

Penamaan warung "Pak Pong" memiliki kisah tersendiri di baliknya. Pak Pong, sebetulnya bukan nama asli dari pemilik warung sate Klathak yang melegendaris. Pemilik warung sate yang menjadi tujuan utama wisata Jogja ini, bernama Zakiron. Terinspirasi dari masa kecil Bapak Zakiron yang terbiasa tidur dengan posisi mulut terbuka atau njempong dalam bahasa Jawa, kemudian diambil suku kata terakhir yaitu "pong". Barulah nama warung "Pak Pong" tercipta. Melalui nama inilah, kini justru menjadi identitas terkemuka bagi sederet warung sate klathak yang ada di Yogyakarta.

Kuliner sate Pak Pong senantiasa bersemi dari masa ke masa. Warung ini telah berdiri sejak tahun 1997 silam dan masih tetap bertahan hingga sekarang. Olahannya menyimpan rasa otentik yang tak lekang dimakan zaman. Nama Pak Pong semakin berkibar dan melegenda di mata para pecinta sate. Warung sate ini telah memiliki 3 cabang yang berlokasi di Sultan Agung, Wonokromo, dan Imogiri. Ketiga cabang tersebut selalu ramai pembeli setiap harinya. Keunikannya dalam memainkan peranan bumbu-bumbu dan penyajian yang tak biasa, menjadikan para wisatawan domestik hingga mancanegara berbondong-bondong datang sebagai tujuan kuliner yang pertama.

Bukan sekadar sate kambing biasa pada umumnya. Rasa dan tampilan yang khas telah menawarkan sensasi unik tersendiri. Di era gempuran inovasi kuliner modern, Pak Pong tetap mempertahankan kualitas resep turun-temurun yang diperolehnya dari belajar kepada sang kakek. Pak Pong menggunaan variasi bumbu sederhana namun kaya akan rempah Indonesia. Seperti misalnya penggunaan merica, bawang putih, bawang merah, ketumbar, dan jahe. Misalnya sate klathak disajikan dengan kuah gulai yang kental dengan citarasa gurih asin. Satu porsi sate klathak terdiri dari 2 tusuk sate dengan potongan daging yang cukup besar.

Perbandingannya dengan menu sate kambing bumbu kecap, terletak pada kuah sate yang digunakan serta olesan kecap yang lebih dominan daripada sate klathak. Jika memesan sate bumbu kecap, makan akan disuguhkan seporsi sate lengkap dengan bumbu kecap, irisan bawang merah dan potongan lalapan. Bagi pengunjung yang memiliki selera pedas, juga dapat menambahkan racikan bumbu berupa merica bubuk atau potongan cabai rawit. Dari rasanya yang memikat selera, maka tidaklah heran jika para konsumen selalu rela menunggu antrian panjang demi mendapatkan seporsi sate.

Sate klathak yang menjadi ikon wisata kuliner di Bantul Yogyakarta ini, juga memiliki filosofi dalam penamaannya. Sate klathak menjadi primadona di buku menu Pak Pong. Penamaan sate klathak ini bermula dari potongan daging kambing yang dibumbui bawang putih, garam, dan sedikit olesan kecap manis kemudian dibakar menghasilkan letupan bunyi "klathak klathak klathak" pada tempat pembakaran. Itulah yang menjadi filosofi penamaan menu sate klathak Pak Pong.

Keunikan sate ini juga terlihat dari cara penggolahannya. Sate kambing pada umumnya ditusuk dengan menggunakan bambu, tetapi berbeda dengan sate klathak Pak Pong yang memiliki cara anti mainstrem dalam penggolahannya. Bagaimana tidak? Penggunaan tusuk berupa jeruji besi seperti yang mirip digunakan pada ban sepeda telah terbalut dengan potongan daging kambing. Bagi sebagian orang yang belum terbiasa menggunakannya, tentu terkesan tidak lazim atau bahkan merasa tidak akan aman ketika menggigitnya. Akan tetapi, penggunaan tusuk besi ini telah memenuhi standar kuliner yang diizinkan.

Tusuk yang digunakan dibuat secara khusus dengan ukuran yang tidak telalu besar dengan bagian atas sedikit lancip dan bagian bawah melengkung. Tujuannya agar konsumen tetap dengan mudah memegang dan mengigit dagingnya. Serta saat proses pemanggangan, tusuk tidak akan mudah hangus terbakar yang kemudian akan patah. Penggunaan tusuk besi ini juga dapat meminimalisir penggunaan sampah berupa tusuk bambu sekali pakai.

Filosofi dibalik penggunaan tusuk berupa jeruji besi, dimaksudkan agar proses pematangan daging dapat merata hingga pada serat-serat dalam, tentu hal ini akan berpengaruh pada citarasa. Sebab panasnya bara api bertemu dengan tusuk besi dapat menghantarkan panas dengan waktu yang lebih cepat. Terlebih lagi, pemilihan daging yang digunakan adalah jenis kambing yang masih muda, sehingga rasanya masih juicy namun tetap kaya akan bumbu dan matang sempurna. Selain itu, dalam pemotonganya pun dipotong dengan teknik satu arah mengikuti serat daging. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir bau tidak sedap dari  daging kambing yang belum diolah. Berdasarkan teknik pengolahan yang unik, pengunjung tidak perlu khawatir apabila sate yang dikonsumsi akan terasa keras.

Proses pembakaran yang menggunakan bara api dan tusuk besi, juga akan membuat proses pengempukan daging lebih cepat. Terlebih lagi dalam pembakarannya masih menggunakan kipas tradisional dari anyaman bambu. Sesekali dibalik dan diatur tata letak dalam pembakarannya sehingga tidak akan gosong. Proses pembakaran tidak dilakukan pada dapur tertutup, melainkan pada sebelah pintu masuk. Sehingga asap yang dihasilkan akan langsung berbaur dengan udara dan menambah selera agar menarik para pengunjung.

Agar empuk secara bersamaan dan konsisiten, pada setiap tusuknya didominasi menggunakan potongan daging. Bagian-bagian lemak tertentu yang masih mudah digigit, tetap hanya digunakan sedikit. Tujuannya agar konsumen tidak merasa kecewa apabila mendapatkan potongan yang sulit digigit. Selain itu juga memperhatikan dari segi penampilan bentuknya yang tidak berminyak.

Tidak hanya sate klathak yang menjadi menu terlaris di warung Pak Pong. Menu yang lain seperti sate bumbu kecap, gulai daging kambing, tongseng, tengkleng, kronyos, kicik, dan olahan nasi goreng kambing juga menjadi menu andalan bagi para pengunjung. Pengunjung juga tidak perlu mengeluarkan uang begitu banyak, sebab harganya masih sangat terjangkau. Mulai dari 25.000 hingga 35.000 sudah dapat menikmati olahan di warung Pak Pong.

Kesederhanaannya dalam menggunakan bumbu dengan tetap memperhatikan citarasa otentik seraya berbanding lurus dengan suasana warung yang diciptakan. Walaupun telah memiliki banyak cabang dan dikenal secara luas, nuansa tradisional warung ini masih sangat kental. Bangunannya dibuat dengan model joglo yang kemudian dilengkapi dengan gazebo. Gazebonya pun masih sederhana namun tetap bernuansa klasik. Perpaduan yang pas antara rasa, tampilan, dan suasana menjadikan sensasi menyantap kuliner sate klathak Pak Pong yang tak terlupakan.

 "Sate Klathak Pak Pong telah berhasil dalam menciptakan resep olahan daging kambing dengan tetap mempertahankan kualitas selama puluhan tahun, "ucap Riyadi selaku penggemar sate klathak Pak Pong.  Konsisten dalam citarasa dengan perpaduan nuansa klasik tradisional akan selalu memiliki ruang tersendiri di hati para pecinta kuliner. Menjadikan sate klathak Pak Pong sebagai warisan kuliner Bantul yang tidak pernah pudar serta tujuan utama wisata kuliner Yogyakarta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun