"Belajar adalah investasi terbaik untuk masa depanmu. Tetap fokus pada tujuanmu, jadikan pembelajaran sebagai kebiasaan sehari-hari dan jangan pernah berhenti mengejar pengetahuan." (Katadata.co.id)
Pendidikan di Indonesia telah melalui beberapa fase dan tahapan perkembangan. Dari perubahan kurikulum maupun kebijakan, dan bergantinya seorang menteri yang tentunya akan banyak perubahan yang terjadi di semua lini pendidikan di negeri ini.
Tak pelak, dengan aneka perubahan di semua lini pendidikan, sebagai seorang warga negara sekaligus pendidik, amat diperlukan terus mengasah diri dan terus belajar tanpa menunggu diperintah atau disuruh.Â
Sebab itu, pendidikan adalah pondasi dasar pengembangan diri dan bagaimana seorang pendidik itu harus mampu menunaikan kewajibannya mendidik, melatih dan membimbing peserta didiknya dengan pengetahuan-pengetahuan dan pengelaman baru yang diperoleh dari mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
Dan berawal dari niatan saya untuk terus bisa mengembangkan diri, maka tak ubahnya manusia lainnya yang harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan pengalaman-pengalaman baru yang sengaja dibagikan guru-guru lain, maupun yang secara otodidak dipelajari dalam laman situs PMM kala itu, kini berubah menjadi Ruang Guru dan Tenaga Kependidikan.
Platform belajar dan berbagi bagi guru yang awalnya PMM tersebut, kini berganti wajah dengan tool yang lebih lengkap dan memberikan keleluasaan untuk belajar secara mandiri, bebas menentukan waktu dan materi apa yang ingin dipelajari, sekaligus bagaimana gaya kita dalam belajar. Apakah sendirian atau sambil berdiskusi dengan teman pendidik lainnya.
Hal tersebut tentu amat mudah dilakukan, asal mau dan merasa butuh pengetahuan, maka semua bisa dilakukan dengan senang hati.
Efek tidak diwajibkannya PMM (Ruang GTK), kini guru mesti menggenapi potensi masing-masing
Mungkin semua pendidik akan merasa tertuntut menyelesaikan segala macam diklat atau pelatihan mandiri dari platform bagi guru tersebut. Namun, setelah bergantinya menteri, kebijakannya pun berubah.Â
Pada mulanya, setiap guru mesti menyiapkan beragam sertifikat pelatihan yang harus diunggah ke e-kinerja. Kini, Guru diberikan keleluasaan untuk belajar dan tidak menjadi syarat wajib agar memperoleh sertifikat.Â
Awalnya begitu banyak hal yang tersita dan guru lebih banyak waktu untuk fokus mengumpulkan kebutuhan e-kinerja dibandingkan kewajibannya dalam mendidik murid-muridnya di dalam kelas.
Hal tersebut turut menjadi keluh-kesah banyak guru, lantaran merasa terbebani urusan administrasi dan pelatihan secara daring yang seolah-olah begitu menyita waktu dalam mengelola pembelajaran di kelas maupun mengurus keluarga.
Namun demikian, akibat dilonggarkannya kewajiban dalam membuka Ruang GTK dan mengikuti pelatihan mandiri, maka guru semestinya terus belajar dan menambah pengetahuan dan pengalaman yang salah satunya dengan mengeksplorasi Ruang GTK tesebut.
Bayangkan saja, ketika untuk mengikuti pelatihan dan seminar ada yang berbayar, nah secara langsung kita dapat mengikuti segenap pelatihan yang tesusun dalam etalase program pelatihan mandiri tersebut tanpa dipungut biaya sepeser pun. Hanya bermodalkan kuota data, setiap pendidik bisa mendapatkan pengetahuan yang berlimpah dari sana.
Bahkan yang berkaitan dalam mengelola asesmen bagi muridnya, juga diberikan keleluasaan untuk menggunakan asesmen yang tersedia, atau soal asesmen yang dibuat sendiri oleh guru.
Jika kita seorang guru PAUD, kita akan disajikan beragam materi tentang bagaimana mempersiapkan diri dalam mengelola kelas bagi anak didiknya. Bagaimana menciptakan sekolah yang dicita-citakan, mengelola kelas dengan perencanaan pembelajarannya, evaluasi, dan seabrek pengetahuan yang sudah disajikan dengan amat detail dan mudah untuk dipelajari.
Begitu pula bagi guru SD, SMP, SMA maupun SMK pun tersedia. Bahkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus pun ada juga materi yang diberikan agar guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dapat mengelola pembelajarannya dengan baik. Meskipun tidak semua tersaji di sana, tapi paling tidak kita dapat mempelajari beragam aspek kepengajaran yang menyangkut anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.
Yang tak kalah pentingnya adalah bagi seorang kepala sekolah, ada pula petunjuk teknis dan pelatihan yang berkaitan dengan tugas sebagai kepala sekolah dalam mengelola kepemimpinannya di institusi pendidikan yang ia pimpin.
Bahkan yang lebih mendukung pemahaman guru dalam lingkup pembelajarannya adalah adanya komunitas yang disana disajikan beragam kegiatan seminar atau pelatihan yang juga semuanya gratis dan bisa diikuti oleh semua guru dan tenaga kependidikan.
Pendidik dan tenaga kependidikan diharapkan bukan hanya menerima , tapi membagi dan memberi informasi bagi GTK lainnya
Ada yang juga cukup menarik di dalam platform Ruang GTK adalah guru-guru diberikan keleluasaan untuk berbagi dalam video inspiratif, ide praktik dan bukti karya.
Dalam video inspiratif tentu memuat informasi yang menarik dan memang sudah terverifikasi oleh admin plaform tersebut, yang tentu saja video-video tersebut adalah bagian dari karya guru-guru hebat dan bisa menjadi inspirasi para pendidik dan tenaga kependidikan yang lainnya.
Selain itu, ide praktik pun memuat semangat para guru dalam membuat konten bermanfaat yang bisa dibagikan kepada guru lain serta bukti karya yang juga bisa menjadi rujukan dan tambahan pengetahuan jika kita ingin mencari rujukan atau informasi penting terkait pembuatan perangkat ajar, modul ajar dan sebagainya.
Dunia digital semakin maju, setiap pendidik dan tenaga kependidikan harus melek teknologiÂ
Banyak guru mungkin berpendapat untuk apa belajar terus sedangkan pengetahuan sudah banyak, atau mungkin berpendapat semakin banyak belajar, maka semakin banyak ilmu pengetahuan yang terbuang sia-sia?
Nah, pertanyaannya, apakah ilmu pengetahuan itu akan sia-sia jika kita memang membutuhkannya? Atau paling tidak apakah dengan kita belajar tersebut bukannya mempermudah pembelajaran kita di kelas?
Tentu, tanpa kita sadari semakin banyak pengetahuan dan pengalaman akan semakin mempermudah kita dalam menunaikan tugas. Bahkan ada nilai plus jika teknologi tersebut kita kuasai. Ada satu kepuasan tersendiri ketika kita merasa bingung atau sulit dalam mengelola kelas, ternyata ada banyak media yang bisa kita ciptakan demi merangsang daya tarik murid dalam belajar. Bahkan dengan adanya teknologi tersebut disadari maupun tidak mampu menciptakan kelas yang lebih menyenangkan.
Hal tersebut saya buktikan ketika dalam mengajar anak-anak disabilitas, ketika kita hanya monoton dan dengan metode ceramah, maka anak-anak ABK tersebut cenderung asik dengan mainannya sendiri dan acuh tak acuh terhadap gurunya.Â
Namun sebaliknya, ketika saya melibatkan mereka dengan dunia digital, permainan digital maupun video pembelajaran, ternyata antusiasme murid-murid semakin meningkat.
Saya tidak lekas menganggap anak ABK tersebut bisa langsung menguasai materi belajar atau mendapatkan nilai baik. Akan tetapi belajar itu membutuhkan proses, dan proses yang menyenangkan akan membawa murid pada prestasi terbaiknya, terbaik jika diukur bagi dunia anak-anak disabilitas atau difable.
Anak-anak lebih terlihat ceria dan merasa betah berlama-lama belajar, dan tentu saja, guru akan lebih bersemangat untuk membimbing anak-anak didiknya dalam mendukung pencapaian belajarnya yang optimal.
Yang pasti, sebagai pendidik, ketertarikan diri untuk terus menempa dan menggenapi kemampuan yang sebelumnya belum didapatkan, maka akan lebih baik daripada terus berprinsip bahwa semua hal telah dikuasai walaupun masih banyak hal yang belum kita pahami secara utuh dan menyeluruh.
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI