Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sejelek-jeleknya atau Sebagus-bagusnya Film, Itulah Kreativitas!

6 April 2018   17:30 Diperbarui: 6 April 2018   19:28 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama: Film yang sudah ditayangkan merupakan hasil kerja rumah produksi dan segenap kru yang tidak sedikit

Anda juga boleh jadi sering melihat tayangan pembuatan film, ternyata di dalamnya melibatkan begitu banyak pekerja rumah produksi dan para pemain (aktor dan aktris) yang tidak sedikit. Belum lagi pemain figuran yang juga sudah berlelah-lelah menjadi bagian dari pembuatan film. Mereka bekerja melalui proses seleksi (casting) yang tidak sebentar, bahkan berkali-kali hingga terpilihlah para pemain dan figuran yang sudah siap mentasa untuk diambil perannya. Meskipun sang figuran hanya berperan sebagai pembeli di sebuah cafe dan mereka hanya dipersilahkan makan tanpa melakukan dialog apapun.

Betapa kerja keras mereka kadang tidak sesuai dengan hasil yang didapatkan bukan? Tapi amat beda banget jika dikaitnya dengan aktor yang sudah memiliki jam terbang yang tinggi, tentu rasa lelah mereka sudah terbayarkan dan pastinya duitnya juga banyak.

Selain para pemain yang notabene melalui seleksi yang ketat dan melalui proses shoting, ternyata di belakang layar pun ada kru yang bertugas menjadi editor film agar film tersebut layak tonton. Berat kan?

Kedua : Film tersebut dimodali dengan biaya yang mahal

Berapa biaya pembuatan film sekelas film Amerika? Tentu jutaan dolar. Sebut saja film  Pirates of The Carribbean: The World's End,demi menghasilkan film yang berkelas pun rela merogoh kocek yang dalam hingga tembus US$ 341,8 juta (liputan6.com)atau jika dikurskan ke rupiah tentu banyak sekali bukan? Atau film Indonesia seperti Trilogi Merdeka menghabiskan uang sebesar 64 milyar rupiah. Tentu bukan modal yang kecil. 

Bagaimana mungkin film yang dibuat dengan modal yang tidak murah tersebut tiba-tiba tidak memuaskan penontonnya, tentu itu adalah sebuah risiko. Masih beruntung jika pembuatan film tersebut bisa balik modal, nah kalau nombok atau rugi bandar kan kasihan.

Ketiga : Film tersebut adalah hasil kerja keras dan kretivitas

Bagaimanapun juga pembuat film akan selalu memperhitungkan jika suatu saat nanti filmnya tidak meledak di pasaran. Tentu mereka sudah ancang-ancang menggunakan modal talangan agar perusahaan tetap bisa memproduksi film yang baru. Semua sudah risiko. Namun jika melihat betapa semua pekerja film sudah berusaha menampilkan yang terbaik rasa-rasanya sungguh naif jika penonton hanya bisa mengatakan "jelek banget sih!" 

Dukungan penonton dan anak negeri adalah kunci suksesnya produksi film di tanah air

Mengapa semua orang tetap menjadi pendukung terbaik dari semua film yang dihasilkan, lantaran hanya merekalah film-film tersebut bisa tetp dihasilkan, apalagi apresiasi pemerintah dan tentu penontonlah yang akan membuat produksi film terus berjalan dan bergerak seiring kebutuhan tontonan yang menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun