Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru SLB Negeri Metro

Suka membaca, traveling, nonton film, menulis, ngobrol ngalur ngidul, suka makan masakan istri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nginang, Masih Adakah Tradisi Penguat Gigi ini?

31 Oktober 2013   08:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:48 2406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : Menginang / sumber: baca-read.blogspot.com Masyarakat Jawa pada umumnya, khususnya para sesepuh mereka seringkali mengunyah ramuan dan biasanya terlihat mulut mereka berwarna merah, kalau meludahpun berwarna merah. Namun setelah ditelusuri kebiasaa mereka merupakan tradisi turun-temurun yang diwariskan oleh nenek moyang mereka dengan tujuan menjaga kesehatan gigi dan menghilangkan bau mulut. Mereka biasanya menyebutnya nginang. Tradisi nginang, masih sering kita temukan di daerah pelosok perkampungan. Biasanya yang masih menjaga tradisi ini adalah para sesepuh atau tua-tua adat yang masih peduli atau care dengan perawatan gigi. Karena tujuan nginang selain menjaga tradisi leluhur juga memang sudah menjadi kewajiban para orang tua menjaga kesehatan giginya hingga akhir hayat. Apabila kita melihat lebih jauh tradisi nginang ini, masih dapat kita temukan pada masyarakat Jawa, meskipun pada suku lain kebiasaan perawatan gigi ini masih terjaga, misalnya ketika saya masih berada di Bali beberapa waktu lalu, kebiasaan ini ternyata memang sudah turun-temurun. Bisa jadi karena memang mereka sudah memahami betul tentang manfaat nginang atau membersihkan gigi secara tradisional ini. Di mana dalam kandungan bahan alami yang digunakan merupakan bahan alami yang dapat mengusir kuman penyakit termasuk menguatkan gigi. Bahan kinang, kalau di sekitaran pula Bali sudah berbentuk paketan atau dijadikan satu wadah yang sudah berisi aneka bahan siap pakai, seperti tembakau, kapur sirih, dan daun sirih namun ada yang menambahkan gambir dan daun kinang. Dan ternyata meskipun saat ini sudah ada produk kesehatan gigi berbentuk pasta (odol) maupun berbentuk cair (cairan kumur) ternyata ramuan tradisional untuk kesehatan gigi ini tidak tergerus jaman. Namun demikian memang ada pula di beberapa kota besar yang sudah malu atau memandang sebelah mata akan manfaat ramuan tradisional ini. Budaya nginang, ternyata tidak hanya digunakan oleh orang tua, akan tetapi berdasarkan pengamatan saya, ada pula kaum muda di Bali (khususnya pekerja kapal) ternyata masih menggunakan ramuan tradisional. Akan tetapi pada pemanfaatannya mereka setelah menggunakan kinang ini menyikat gigi dengan pasta gigi agar larutan yang menempel di gigi dapat dibersihkan. Hal ini disebabkan karena ramuan tembakau, daun sirih dan gamping ini ternyata ketika dikunyah menghasilkan larutan pekat berwarna merah hati. Jika larutan ini dibiarkan dalam mulut beberapa waktu dan tidak dibersihkan dengan sikat dan pasta gigi cenderung akan menempel dan membentuk karak gigi. Sehingga para penggunanya akan sesering mungkin meludah lantaran rasa pahit sekaligus membuang air yang berlebih. Biasanya ketika dikeluarkan dari mulut berwarna merah hati. Mungkin karena karak gigi ini banyak generasi muda yang tidak tertarik memanfaatkan kinang sebagai alternatif pembersih dan penguat gigi. Kandungan dalam ramuan kinang ini memiliki beberapa senyawa yang sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi, menguatkan gigi, mencegah peradangan gusi dan tentu saja menyehatkan gusi serta menghilangkan bau mulut. Tentu saja karena gigi dilindungi oleh senyawa dalam kinang kemungkinan terjadinya lubang atau pengeroposan dalam gigi dapat dihindari. Meskipun ada pula yang mengatakan bahwa menginang memberikan dampak negatif bagi gigi akan tetapi melihat kondisi kesehatan gigi dari para orang tua yang memanfaatkan kinang ini justru lebih sehat. Bahkan dalam pasta gigi jika dilihat kandungannya pun ada banyak senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Namun demikian meski menginang dan menyikat gigi dengan pasta gigi memiliki dampak negatif ternyata budaya nginang sampai saat ini masih tetap menjadi tradisi yang baik dan pantas untuk dijaga keberadaannya. Akan tetapi untuk menghindari timbulnya karak gigi karena nginang, semestinya gigi dibersihkan dengan pasta gigi seperti yang saya sebutkan di atas. Oleh karena itu, jika kita melihat orang tua yang rutin menginang, biasanya sampai berumur ratusan tahun mereka tidak mengalami masalah pada giginya, bahkan utuh meski mereka sudah meninggal dunia. Namun demikian, saat ini orang-orang sudah malas memanfaatkan kinang karena sudah ada produk kesehatan gigi yang lebih praktis sehingga lambat laun tradisi yang baik ini semakin terkikis seiring modernisasi tekhnologi kesehatan di lingkungan kita. Metro, Lampung, 31/10/2013

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun