Mohon tunggu...
Makruf_Alkarkhi
Makruf_Alkarkhi Mohon Tunggu... Guru - Menulis membuat bahagia

Hidup sederhana, Layaknya Hujan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Pendosa

14 September 2019   09:07 Diperbarui: 14 September 2019   09:09 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hatiku terbungkam oleh ketidak berdayaan.

Meski dari lubuh hati terdalam, ia menjerit "Tuhaan.....!!!".

Saat imajinasiku menjelma api kegelapan menelan akal, merayap diantara syarat dan detak nadi, membuat ku lunglai tak tau diri.

Saat semua tlah puas membakar, menyisahkan abu-abu kelam dosa.

di ujung senja, terdengar suara Tuhan memanggil.

Ragaku mematung, dan kakiku terbenam dalam malu dan penyesalan.

Berdesir hati kecilku, Tuhan masih pantaskah aku menghadap Mu, aku malu.

Ada rasa bersama secerca cahaya meronta menyala pada raga dan kaki yang tebenam.

saat hidup masih ada, ampunan Tuhan akan selalu terbentang untuk kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun