Mohon tunggu...
Maksimus Masan Kian
Maksimus Masan Kian Mohon Tunggu... Guru - Guru Kampung

Pria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lewotana, Perekat Persatuan dan Toleransi Orang Lamaholot

4 Januari 2019   14:03 Diperbarui: 7 Juli 2021   16:30 1289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lewotana, Perekat Persatuan dan Toleransi Orang Lamaholot (Dokumentasi pribadi)

Menginjakan kaki di Lewotana, menghirup bau tanah, makan makanan kampung, bertemu dengan orang-orang kampung, menjadi kerinduan setiap Anak Lewotana. Anak Lamaholot.

Duka lara, kesenjangan, ketidakadilan, intoleransi, yang dialami tanah di tanah perantauan, hilang seketika dan melebur dalam suka cita di kampung halaman.

Baca juga : Toleransi dalam pandangan Al-Qur'an

Senyum sumringah terpancar dari wajah anak-anak kampung yang lama di tanah rantau, melihat senyum polos anak-anak kampung, menikmati tegur sapa yang ikhlas, saling berbagi tanpa kalkulasi untung rugi, dan tali persatuan yang mengikat erat sesama anak kampung.

Terasa semuanya adalah bersaudara. Tidak ada pembeda yang miskin dan kaya, semua bahagia. Makan minum seadanya. Kaya akan persaudaraan, kekeluargaan dan persatuan.

Tidak ada yang saling mencurigai. Beda Agama? Leluhur telah mewariskan bagaimana hidup berdampingan tanpa permusuhan. Agama datang kemudian. Jauh sebelumnya adalah, keyakinan "taan kakan noo arin. Ake pewone geni" (Hidup berdampingan sebagai sesama saudara. Jangan saling membenci antara satu dengan yang lain).

Wujud kebersamaan Anak Lewotana baik yang ada di kampung halaman, maupun yang ada di perantauan adalah dengan makan bersama. Momentum ini yang ditunggu. Kesempatan ini yang dinanti.

Anak kecil, orang dewasa, tua muda, laki-laki atau perempuan dari semua agama tanpa kecuali, hadir dan melebur bersama dalam hajatan makan bersama. Menyukuri nikmat sepanjang tahun yang dilewati, dan mempersiapkan diri menyongsong tahun yang baru.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya tidak pernah lewatkan dan tak akan pernah selamanya dilewatkan, liburan akhir tahun di kampung halaman. Karena berlibur sama artinya dengan menimba kekuatan baru.

Honihama, Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara. Itu kampung halaman saya. Tanah kelahiran. Saya mengakhiri dengan penuh syukur, Tahun 2018 dan menyambut dengan suka cita penuh harap tahun 2019 di kampung ini.

Pada momentum kebersamaan, berkumpulnya seluruh Anak Lewotana ini, kami mendapatkan petuah dari Tetua Adat, dan Orang Tua Lewotana. Tobo teit taan waha -waha. Kame si lewo tanah lodo, mio lau sina jawa, ekana. Peten ake glupa moo Lewotana (Tempat tinggal kita saat ini berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun