Mohon tunggu...
Maksimus Abi
Maksimus Abi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi, Widya Sasana, Malang

Pernahkah kita melupakan kenanagan? Tetapi kita telah melupakan Tuhan!

Selanjutnya

Tutup

Book

Keutamaan-keutamaan Hidup Manusia

10 Oktober 2022   21:26 Diperbarui: 10 Oktober 2022   21:34 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Berdasarkan teks di atas saya mendapatkan sebuah komparasi yang senada, kemudian saya rumuskan sebagai "eksistensi manusia". Eksistensi  mau menyatakan cara hidup yang khas bagi manusia. Hidup manusia yang khas itu yakni manusia itu membuat sejarah hidupnya sendiri. Menurut aliran eksistensialisme manusia bukanlah untuk dirinya sendiri, tetapi terarah kepada orang lain. Ciri khas manusia ialah, bahwa ia adalah makhluk rohani-jasmani maka harus mengarah "ke luar", harus terbuka dengan segala-galanya. 

Hal ini dapat dibuktikan bahwa setiap orang selalu terarah ke luar yang bukan dirinya sendiri. Pikiran manusia selalu ditujukan kepada suatu obyek di luar dirinya. Gabriel Marcel (1889-1973), beranggapan bahwa inti hidup adalah kasih, yaitu relasi "aku dengan engkau" (sesama) dan pada taraf tertinggi dengan Engkau (Allah). Hal ini membuat hidup manusia penuh harapan dan kaya akan kelimpahan yang dapat dinantikan, dan mengakibatkan bahwa hdiup patut dibela dengan positif. 

Para aliran humanistis menggarisbawahi bahwa hidup adalah pengabdian mutlak pada perikemanusiaan. "Manusia adalah ukuran dari segala sesuatu (prinsip "homo mensura")" menurut prinsip doktrin Protagoras. Maka nyatalah bahwa manusia itu sungguh bermartabat. Hanya manusialah yang mampu berpikir mengenai martabatnya. 

Dari kodratnya semua manusia satu dan sama (seluruh mansuia sama), meskipun setiap orang adalah pribadi yang distintif (berbeda dengan yang lainnya). Penjelasan manusia tentang dirinya yang bermartabat memilki sejarah. Dalam kisah penciptaan, manusia diciptakan sebagai yang paling tinggi sekaligus sebagai puncak dari segala ciptaan. Oleh Sang Pencipta, manusia dijadikan sama baik itu laki maupun perempuan.

Manusia adalah sesama manusia. Keterbukaan hidup manusia tidak hanya pada diri sendiri melainkan pada "sesuatu" di luar. Yang dimaksudkan adalah dunia dan sesamanya. Manusia bersama sesamanya selalu berinteraksi dan menciptakan sejarah hidupnya menuju satu tujuan. Manusia yang ada dan menyejarah akan menuju kematian. Sebagaimana diungkapkan oleh Martin Heidegger (1889-1976) bahwa ciri hidup manusia sebagai Sein zum Tode (ada menuju-kematian). Atau sering diistilahkan bahwa sebenarnya setiap manusia lahir agar mati.  

Jiwa manusia (hlm. 11-13)

Tubuh manusia adalah kreativitas jiwa. Hal ini mengungkapkan bahwa hidup manusia bukan sekadar tubuh yang bergerak melainkan ada jiwa yang turut bergerak. Jiwa membuat tubuh menjadi kreatif dalam melakukan peziarahannya. Jiwa yang berziarah dapat dikatakan bahwa ia bukan sekadar entitas penyusun kehadiran manusia. Tetapi mendorong manusia untuk mampu menampilkan cinta yang luar biasa dalam kesehariannya. Berdasarkan catatan harian St. Teresia orang dapat mengetahui bagaimana jiwa itu melakukan peziarahan yang indah menuju Sang Keindahan itu sendiri. Hal itu tidak ditunjukkan lewat suatu perbuatan yang hebat atau luar biasa akan tetapi melalui pekerjaan-pekerjaan sederhana. 

Namun, menurut teori Plato orang diantar pada suatu pandangan bahwa tubuh manusia adalah penjara bagi jiwa. Dengan kata lain tubuh manusia merupakan materi yang dapat bersatu sekaligus bertentangan dengan jiwa. Akan tetapi, keduanya yang membentuk dan menyusun kehadiran manusia dalam keutuhannya. Selain itu, jiwa merindukan kebenaran tetapi badan menyukai kenikmatan. Sehingga, pada akhirnya tubuh akan hancur tetapi jiwa kembali kepada kesempurnaan yakni dunia idea.

Komentar

Menurut Socrates, manusia adalah jiwa atau batinnya. Jiwa atau batin merupakan faktor pembeda dasariah dan esensial antara manusia dam makhluk-makhluk lainnya. Gagasan Socrates tentang jiwa berbeda dari pengertian-pengertian sebelumnya. Bagi Socrates, jiwa bukanlah phantasma, roh yang meninggalkan badan setelah kematian, bukan pula ilah-ilah yangg terkurung dalam badan karena dosa asal. 

Dengan demikian, gagasan kaum sofis mengenai jiwa dieliminasi oleh gagasan Socrates. Perbedaan dasar permenungan Socrates dibandingkan dengan kaum sofis terletak pada kedalaman refleksi. Jiwa berkaitan dengan dengan kesadaran berpikir dan berkarya, bersinggungan dengan nalar dan tempat aktivitas berpikir dan bertindak secara moral.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun