Mohon tunggu...
Maksimus Abi
Maksimus Abi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi, Widya Sasana, Malang

Pernahkah kita melupakan kenanagan? Tetapi kita telah melupakan Tuhan!

Selanjutnya

Tutup

Book

Keutamaan-keutamaan Hidup Manusia

10 Oktober 2022   21:26 Diperbarui: 10 Oktober 2022   21:34 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

 Kerendahan Hati adalah Relasi Tuhan dan Manusia (A16-24)

Kerendahan hati meruapakan anugerah Tuhan semata sehingga manusia perlu berusaha untuk menggapainya. Usaha dari manusia itulah harus ditunjukkan melalui sikap, tindakan nyata, dalam kesehariannya. Hal ini patut diketahui bahwa kerendahan hati memiliki "wilayah relasi" antara Tuhan dan manusia. Salah satu sikap yang dapat dijadikan contoh kerendahan hati ialah menyadari bahwa pribadi diri sendiri adalah "pendosa". Berangkat dari kesadaran itu, manusia dihantar pada jalan kerinduan akan kasih Tuhan sendiri. Sebab, Allah yang mahakasih adalah tumpuan hidup setiap orang. 

Selain itu, kerendahan hati ialah cetusan iman bukan sekadar perasaan, perilaku atau gerak tubuh dan simbolisme verbal. Jika dikatakan sebagai cetusan iman maka perlu direalisasikan dengan tindakan nyata tanpa ada "embel-embelnya". Hal tersebut patut difundasikan pada jalan keutuamaan yakni iman, pengharapan, dan kasih. Dengan kata lain hanya Tuhan yang menjadi andalan orang yang rendah hati dan tidak tergantung pada kekuatan diri sendiri. Dengan demikian, orang yang rendah hati selalu mengarahkan hidupnya pada kebenaran sejati yakni di dalam Tuhan sendiri. Sebab, tiada lain di luar dirinya yang dapat diandalkan selain kemurahan kasih Allah sendiri.

Komentar

Kerendahan hati yang terdalam hanya dalam relasi dengan Tuhan. Manusia yang menganggap dirinya rendah hati, harus menyadari bahwa itu adalah berkat kasih Tuhan. Iman Kristiani yang memercayai Kristus, mengajarkan dengan jelas bahwa kerendahan hati sejati hanyalah diperoleh melalui relasi dengan Tuhan Yesus. Manusia boleh bertanya apa yang membuat orang percaya pada Kristus hingga saat ini. Satu hal yang pasti bahwa apa yang dikatakan selalu dibuktikan dengan tindakkan nyata. Meskipun Ia adalah Anak Allah, tetapi Ia tidak memegahkan diri. Justru dalam "inkarnasi-Nya", Yesus menunjukkan kepada manusia sikap kerendahan hati yang sejati. Dalam relasi-Nya dengan Bapa-Nya, Yesus sungguh memberikan teladan yang hakiki.

Menjadi pribadi yang rendah hati berarti memiliki kebijaksaan. Bagi Thomas Aquinas, kebijaksanaan itu adalah Allah sendiri. Untuk itu manusia yang rendah hati (bijaksana) akan membangun relasi yang dengan Tuhan, Sang Kebijaksanan Ilahi. Relasi ini terbangun hanya melalui iman. Imanlah yang memungkinkan manusia dapat bersatu dengan Tuhan secara sempurna. Beriman berarti menapaki jalan menuju kebijaksanaan itu. Apa yang dikatakan Pengkothbah adalah benar jika manusia mengandalkan diri sendiri, semuanya adalah kesia-siaan belaka. "Hidup ini sungguh sia-sia saja, ketika seluruh kerja keras hidup sehari-hari tidak tidak terarah kepada Tuhan". Manusia tidak boleh menyandarkan hidupnya kepada hal-hal yang sia-sia itu. Orang harus mengejar segala sesuatu yang bijaksana, yakni keterarahan kepada yang Ilahi.

Tuhan Yesus adalah Dasar Kerendahan Hati  (A25-30)

Kerendahan hati disebut dasar keutamaan yakni Yesus Kristus sendiri. Hanya Dia sendiri yang telah mengajarkan jalan keutamaan ini maka Ia dapat berkata: "Belajarlah dari pada-Ku, sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati" (Mat. 11:29). Tuhan Yesus adalah "Roh" kerendahan hati itu sendiri. Teladan hidup-Nya menunjukkan bukti nyata yang tidak dapat disangkal oleh perjalanan sejarah manusia di dunia ini. Jalan keutamaan ini perlu disadari bahwa orang tidak harus mengulangi kisah sengsara Kristus di Kalvari. Akan tetapi, mesti dengan setia memanggul salib-salib kecil kehidupan masing-masing. Salah satu hal yang nyata ialah senantiasa bersyukur atas apa yang dimiliki dan tidak berpuas diri dengan pencapaian-pencapaian yang ada. Mencapai kerendahan hati perlu memiliki cita-cita yang luhur, jauh mengatasi ambisi belaka. Orang yang rendah hati dapat dikenali dari caranya menyikapi kenyataan hidup. Ia senantiasa hidup dalam kedamaian. Kerendahan hati hanya dapat diperoleh ketika hati selalu damai dan tenang. Sebagaimana Tuhan Yesus telah mengungkapkannya: "Aku datang untuk melakukan Kehendak Bapa". Sebab, kerendahan hati tidak berakhir di kenikmatan batin, melainkan terarah kepada Salib.

Komentar

Teladan hidup Sang Kerendahan itu tidak dapat disangkal oleh siapa pun. Yesus yang adalah Tuhan, berkata: "Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup". Apa yang yang disampaikan dari kata-kata-Nya ini, tidak lain dan tidak bukan adalah ajakan untuk belajar dari-Nya. Manusia perlu menjadi pribadi pembelajar. Belajar dari Tuhan, sumber kehidupan itu sendiri. Tuhan sebagai Jalan berarti hanya melalui Dia orang dapat mencapai Kebenaran; sebab Dialah Sang Kebenaran sejati. Orang yang tinggal dalam "kebenaran" akan mencapai "Hidup Kekal", sebab Tuhan Yesuslah Kehidupan itu sendiri. Santo Agustinus mungkin menjadi contoh nyata seorang manusia yang "beruntung" karena ia dapat berkata bahwa segala kehausannya akan kebijaksanaan hanya terpenuhi dalam Allah. Keyakinan Agustinus barangkali menjadi contoh juga bahwa kebijaksanaan itu bukanlah berupa kalimat atau kata-kata indah yang melegakan hatinya. Kebijaksanaan ialah cinta itu sendiri. Tidak ada cinta yang lebih dikejar oleh manusia selain cinta yang sempurna yakni Sang Cinta itu sendiri. 

Agustinus menjumpai Sang Cinta itu dalam Allah. "Terlambat aku mencintai-Mu, oh Allahku, sebuah ungkapan kebijaksanaan yang menjadi kehausannya". Hal ini menjadi contoh konkret orang yang membangun kerendahan hati secara benar. Ia senantiasa haus akan kebenaran dan kebijaksanaan. Suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal kebenaran yakni keteladanan Yesus Kristus sebagai pribadi yang rendah hati. Begitu dalamnya jejak yang telah dipatrikan oleh Tuhan Yesus dan tidak dapat lekang waktu. Ia bersabda: "Langit dan bumi akan berlalu tetapi setitik iota pun sabda-Ku tidak akan berlalu, sebelum semuanya terlaksana".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun