Kami bersyukur bisa keluar dari jebakan mereka secepatnya. Â Karena bila pembicaraan dengan mereka berlanjut, Â wah saya bisa terhipnotis dan tertipu.
Meski capek, saya legah dan bersyukur.  Saya tidak  jadi korban penipuan mafia jagung.
Ada pertanyaaan, kok tidak ada unsur mafia-nya. Karena semua warga mana pun boleh jadi makelar di mana pun berada. Jadi bisnis harus diawali dengan positive thinking?
Sejak meninggalkan Sidoarjo sampai tiba di Bondowoso, saya positive thinking. Ketika mereka berdua menjelaskan tidak bisa menunjukan gudang karena alasan si abah keponakan meninggal dunia dan gudang tutup , baru terasa ada someting wrong.
 Toh sekitar 10 menit sebelum saya tiba, mereka WA akan segera mengarahkan ke gudang. Tiba pukul 17.30, daerah itu di kawasan timur Jawa Timur, suasananya masih terang. Jadi seharusnya saya bisa diarahkan ke gudang.
Selain itu, saya pengalaman, 12 tahun jadi wartawan yang ngepos di kriminal. Jadi minimal tahu gelagat orang yang tidak beres.
Mengapa tidak menunggu sampai mereka menunjukan gudang? Saya dan istri. Mereka berdua  lelaki.  Saya tidak mau terperangkap lebih dalam dalam jebakan mereka. Bila saya diarahkan ke abah mereka, saya dan istri takut terajdi apa-apa. Orang yang mengkritik tulisan ini tidak mengalami apa yang kami rasakan. Kecuali saya bersama teman lelaki. Dan, ngapain juga buang-buang waktu mengecek sampai keesokan harinya, bila saya yakin semua itu rekaan belaka.
Sekitar pukul 22.30, saya masuk Sidoarjo. Â Makan malam. Â Setelah itu pulang dan pukul 23.00, tiba di rumah.
Sekitar 8,5 jam perjalanan PP, Â Sidoarjo - Bondowoso memburu pepesan jagung kosong.
Semoga pembaca tidak mengalami nasib seperti saya. Lebih pandai meneliti profile orang yang belum kita kenal. Jangan mudah percaya kepada orang lain.
Apakah saya kapok belajar trading jagung? Belum. Minimal saya bisa belajar mana fake corn and the real one. Mana jagung palsu dan asli.