Sejak dia positif, dia izin suaminya untuk isolasi mandiri di rumah. Dia menempati satu kamar tidur di rumahnya. "Komunikasi dengan suami dan anak-anak  menggunakan WA. Keluar kamar pun gantian. Jangan bersamaan," ujarnya.
Suaminya juga terpapar. Dia juga harus isolasi mandiri. ''Suami juga menyempatkan berjemur di bawah terik matahari ketika pagi sampai jelang siang," jelasnya.
Saat terpapar Covid, dia mengaku minum obat-obat standar pasien Covid seperti yang dirawat di RS Wisma Atlet, Jakarta. "Plus minum nutrisi dan vitamin-vitamin," jelasnya.
Pada Sabtu (3/7) adalah hari ke-7. "Pagi hari, saya merasa sakit sekali Kayak yang buruk-buruk terbayang. Perasaan ini yang terburuk selama isolasi mandiri. Dan saya sampai menangis keras," ujarnya.
Pada Minggu (4/7), adiknya mulai mencari tabung oxygen. ''Untuk jaga-jaga. Karena demam dan lain-lain sudah redah. Tapi aku mulai agak sesak nafas. Semoga, tidak terjadi apa-apa. Dan lancar saja," katanya.
Errika juga berjemur di bawah matahari di lantai atas rumahnya selama 1 jam di area terbuka tapi tertutup di sekelilingnya. "Saya berjemur seperti di Pantai Bondy Beach, Sydney atau Gold Coast, Queensland. "Dengan pakaian terbuka seperti di pantai. Supaya matahari terkena kulit. Ini semua saya jalani agar sembuh dari Covid," ujarnya.
Pada Selasa (6/7) dan Rabu (7/7), Errika minum obat cacing Ivermectin yang masih kontroversi. Obatnya sejenis tablet." Meski obat di sini masih kontroversi, dia minum saja. Itu karena di luar negeri sudah banyak orang yang minum,"katanya. Bagaimana efeknya? "Yes. I feel so much better. Thanks God! Tapi saya juga minum obat-obat yang lain," katanya.
Sampai berita ini ditulis, Errika masih menjalani isolasi mandiri. Semoga Tuhan Yang Maha Esa segera memberinya kesembuhan dan dia bisa beraktivitas kembali. (*)
* Wartawan Madya-PWI-Dewan Pers
Tulisan ini pernah dimuat di www.cowasjp.com dan www.pijaronline.net