"Tidak apa-apa nak" dengan lembut dan bijak beliau menenangkan saya agar tidak merasa bersalah.Â
"Semuanya butuh proses, dalam hidup ini tidak ada yang mudah.Â
"Orang bisa karena dia terbiasa", ucap beliau dengan lembut.
Setelah itu, beliau meminta saya untuk beristirahat dan mencari tempat yang teduh. Untuk sementara waktu saya hanya bisa terdiam dan mengingat kembali kejadian yang baru saya alami, itung-itung untuk menenangkan diri setelah mengalami kejadian yang begitu menegangkan.
Setelah beberapa lama istirahat dan sudah merasa lebih tenang.
Saya melihat kandang ayam potong yang sangat besar di ujung selatan sawah, pemiliknya masih sama dengan sawah yang digarap ayah. Usaha kandangya baru berjalan satu tahun. Dan akhirnya saya punya ide untuk menggunakan kotoran ayam sebagai pupuk alami, disamping gratis pasti hasil panen akan meningkat karena diberi pupuk alami, kemudian hal ini saya sampaikan ke ayah.
"Yah, gimana kalau saya mengambil kotoran ayam itu" sambil menunjuk ke arah kandang ayam.
"Buat apa nak?" melihatku dengan tatapan yang tak mengijinkan, karena dia kasihan kalau saya melakukan hal itu.
"Buat jadi pupuk, biar padinya tumbuh subur", sambil tersenyum.
"Tapi, itukan pasti bau nak"
"Tidak apa-apa yah, nanti saya gunakan masker"