Mohon tunggu...
Maki Muzaki
Maki Muzaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Inisnu Temanggung

Hobi sag diskusi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

23 April 2024   22:41 Diperbarui: 23 April 2024   22:50 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun demikian, Kurikulum 1975 membawa perubahan signifikan dalam pendidikan Indonesia dengan memperkenalkan pendekatan yang lebih terstruktur dan terinci dalam proses pembelajaran. Ini merupakan salah satu langkah menuju peningkatan kualitas dan akuntabilitas dalam sistem pendidikan.

  • Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 dikenal dengan pendekatan Process Skill Approach. Meskipun menekankan pada proses pembelajaran, tujuan tetap menjadi faktor penting. Kurikulum ini sering dianggap sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 1975. Di dalamnya, siswa ditempatkan sebagai subjek belajar yang aktif.

Kurikulum 1984 memperkenalkan konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL), yang menekankan peran siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diajak untuk melakukan berbagai aktivitas mulai dari mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan hasil pembelajaran. Pendekatan ini bertujuan untuk memberi siswa pengalaman langsung dalam belajar, sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan proses yang penting.

Meskipun konsep CBSA ini secara teoritis sangat bagus dan memberikan hasil positif di sekolah-sekolah yang menerapkannya, namun ketika diterapkan secara nasional, banyak deviasi dan pengurangan terjadi. Banyak sekolah yang mengalami kesulitan dalam menafsirkan dan mengimplementasikan CBSA dengan baik. Akibatnya, suasana kelas menjadi gaduh karena siswa berdiskusi, dinding-dinding dipenuhi dengan tempelan gambar, dan pendekatan tradisional guru yang memberikan ceramah mulai tergeser.

Akhirnya, penolakan terhadap CBSA mulai muncul karena ketidakmampuan banyak sekolah dalam menerapkan dengan baik, sehingga banyak yang kembali pada metode pengajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun konsep CBSA memiliki potensi besar, implementasinya membutuhkan dukungan dan pemahaman yang kuat dari semua pihak terkait.

Kurikulum 1994 dan suplemen 1999


Kurikulum 1994 merupakan upaya untuk mengintegrasikan pendekatan dari kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun, penggabungan antara aspek tujuan dan proses masih belum berhasil sepenuhnya. Kritik banyak bermunculan karena beban belajar siswa dinilai terlalu berat, mencakup muatan nasional dan lokal.

Muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan setiap daerah, seperti bahasa daerah, kesenian, keterampilan lokal, dan lain-lain. Berbagai kelompok masyarakat juga menekan agar isu-isu tertentu dimasukkan ke dalam kurikulum. Akibatnya, Kurikulum 1994 menjadi sangat padat. Kehancuran rezim Soeharto pada tahun 1998 membawa perubahan, dengan diperkenalkannya Suplemen Kurikulum 1999.

Namun, perubahan yang terjadi lebih pada penambalan sejumlah materi pelajaran saja, tanpa perubahan mendasar dalam struktur atau pendekatan kurikulum. Meskipun ada upaya untuk memperbaiki beberapa kelemahan, namun esensinya kurikulum ini masih mengalami kendala yang serupa dengan pendekatan sebelumnya, yakni kurangnya keseimbangan antara tujuan dan proses pembelajaran.

Kurikulum berbasis Kopetensi 2004

Kurikulum 2004 dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), menggantikan Kurikulum 1994. KBK merupakan program pendidikan yang berfokus pada pengembangan kompetensi siswa. Program pendidikan berbasis kompetensi harus memuat tiga unsur utama: pemilihan kompetensi yang tepat, spesifikasi indikator evaluasi untuk menilai pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran yang sesuai. KBK memiliki beberapa ciri khas, di antaranya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun