5. Konteks operasional
J-10CE: Dioperasikan oleh Angkatan Udara Tiongkok dengan peningkatan penggunaan ekspor (misalnya, Pakistan, dan Mesir). Diuntungkan dari peperangan jaringan dengan AWACS dan radar darat, tetapi tidak memiliki pengalaman tempur seperti Israel.
F-16: F-16 milik IAF memiliki pengalaman puluhan tahun di dunia nyata (misalnya, Lebanon, Suriah), dengan pilot yang terlatih untuk memaksimalkan potensi platform dalam skenario yang kompleks.
F-35I: Aset canggih Israel, digunakan dalam serangan siluman (misalnya, dugaan operasi Suriah). Terintegrasi dengan jaringan komando dan kontrol IAF yang tangguh, termasuk AWACS dan pertahanan rudal.
Keunggulan: Keahlian operasional dan integrasi IAF memberi F-16 dan F-35 keunggulan dibandingkan J-10CE yang kurang teruji dalam pengerahannya.
Skenario Perkiraan Pertarungan Udara Satu lawan Satu (Dogfigth) J-10CE vs. F-16
BVR: PL-15 pada J-10CE lebih unggul dari AIM-120, dan radar AESA-nya dapat mendeteksi F-16 terlebih dahulu jika yang terakhir tidak memiliki AESA. Namun, EW dan taktik Israel dapat mengganggu penguncian rudal, dan dukungan AWACS dapat menyamakan deteksi. Keunggulan J-10C sedikit kecuali F-16 memanfaatkan keterampilan pilot yang unggul.
WVR: Keduanya lincah, dengan sayap canard J-10CE memberikan keunggulan pada kecepatan rendah dan F-16 unggul pada putaran kecepatan tinggi.
Hasilnya sangat bergantung pada pelatihan/kelincahan pilot dan kualitas rudal (PL-10 vs. AIM-9). Hampir seimbang, dengan pengalaman IAF berpotensi menguntungkan F-16.
J-10CE vs. F-35I
BVR: Kemampuan siluman F-35I membuatnya hampir tak terlihat oleh radar J-10CE hingga terlambat, sehingga memungkinkan tembakan pertama dengan AIM-120D. Jangkauan PL-15 dinetralkan oleh kemampuan F-35 untuk menutup tanpa terdeteksi. Keunggulan F-35I yang menentukan.