Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Disintegrasi Yugoslavia sebagai Suatu Pembelajaran untuk Bernegara

14 Juli 2021   16:30 Diperbarui: 14 Juli 2021   16:55 1788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: wallpapersafari.com + goodreads.com

Sumber: The View East -- WordPress.com
Sumber: The View East -- WordPress.com
Pada bulan Juli 1990, Republik Federal Yugoslavia mengesahkan "Hukum Sosial dan Politik" untuk secara resmi menerapkan sistem multi-partai. Yugoslavia dengan populasi yang hanya 23 jutaan terdapat 200 partai politik, dan partai-partai yang memenangkan suara terbanyak adalah partai-partai politik yang memegang panji nasionalisme sempit.  Slogan mereka adalah "Slovenia milik Slovenia" "Kroasia milik Kroasia" "Kosovo milik Kosovo" Semakin kuat dan semakin ekstrim slogannya maka dapat memenangkan suara.

Pada tahun 1991, satu demi satu republik dari Slovenia mendeklarasikan kemerdekaan mereka dari Republik Federal Yugoslavia, dan Perang Saudara Yugoslavia pecah secara acak.

Perang di Yugoslavia seperti domino, satu demi satu pecah antar mereka, setidaknya 250.000 orang tewas, banyak orang cacat, dan jutaan orang mengungsi. Ini adalah tragedi kemanusiaan terbesar di Eropa setelah Perang Dunia II.

20 Tahun Pasca Perang Saudara

Dua puluh tahun kemudian, Zhang memulai perjalanan mengunjungi kembali tempat lama yang pernah dia kunjungi dulu, dengan naik bus jarak jauh dari ibukota Kroasia Sagreb ke Beograd, dan melihat tempat yang dulu yang pernah membuat dia terpesona, pada bulan Juli 2006.

Serbia Tengah telah mengalami bencana demi bencana, terutama pengeboman intensif NATO yang disebabkan oleh krisis Kosovo. Terminal bus jarak jauh Yugoslavia Beograd yang dulu bagus, tampak seperti terminal bus tingkat kabupaten di Tiongkok 20 tahun yang lalu, berdebu dan tempat penjualan tiket itu ramai. Enam atau tujuh orang datang berebut menawarkan taksi mereka, dan membaswa Zhang ke hotel dan ada yang meminta penukaran mata uang asing, dll.

Tetapi di luar stasiun, Beograd masih merupakan kota metropolitan. Jalan-jalan yang lebar, kafe-kafe di setiap sudut kota, pria dan wanita berpakaian rapi, hanyalah estalase toko rasanya sudah sangat ketinggalan zaman, serta tembok-tembok yang rusak akibat pengeboman NATO. Zhang meninggalkan barang bawaan di hotel dan memanggil taksi untuk pergi ke restoran bar "Three Straw Hats Cafe" yang berkesan indah dulu. Dan bertemu dengan pemilik restoran ini dan berbicara tentang masa lalu 20 tahun yang lalu.

Pemilik cafe ini bilang aku ingat, aku tahu, aku tahu ini.  Dia mengatakan bahwa ini adalah pada masa ayahnya, dan kemudian dia pergi ke kamarnya dan mengambil tiga buklet/buku tamu tebal tanda tangan VIP. Dia membantu mencari tanda-tangan tanda-tangan dan menemukan tanda tangan Presiden AS George W. Bush dan tanda-tangan Presiden Tito.

Lalu sambil menunjuk tulisan tangan Tito, dia menghela nafas, dia menyebut Tito sebagai "orang tua". Serta menceritakan orang tua ini pernah makan di sini beberapa kali. Dia yang paling kita rindukan. Setelah kematian orang tua ini, cafe internasional kita berubah dari buruk menjadi semakin lebih buruk.

Pemilik cafe berkata, "Dari tahun 1970-an hingga awal 1980-an, itu adalah hari terbaik kami." Dia berkata dengan menyesal bahwa "Tito adalah seorang politisi terpilih dari hasil satu orang satu suara dalam pemilu. Tapi Slobodan Milosevic terpilih. Di tangan para politisi ini." Dia juga berkata dengan marah, "Lihat, sekarang Kosovo akan merdeka lagi."

Hal ini memang bisa dimahami perasaannya, Serbia telah mengalami bencana yang berturut-turut dalam 20 tahun terakhir. Akhirnya, dia tersenyum dan berkata kepada Zhang, seperti bagi setiap orang yang pernah mengalami perang sering mengatakan satu kalimat: "Syukurlah bagaimanapun saya masih hidup, saya harus merasa bahagia karena saya masih hidup."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun