Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Meneropong Kiprah Kebijakan Biden-AS terhadap Tiongkok

3 Juni 2021   12:14 Diperbarui: 4 Juni 2021   10:04 1551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joe Biden dan Xi Jinping. Sumber: AP/Carolyn Kaster via Kompas.com

Jika ekonomi tidak pulih, begitu stimulus fiskal berhenti, mereka akan segera kembali ke resesi. Pada saat yang sama, inflasi terjadi. Jika 'The Fed' tidak peduli, rakyat akan menjadi semakin tidak dapat mentoleransi seiring dengan meningkatnya inflasi, dan kerusuhan bahkan revolusi pasti akan pecah.

Dan jika 'The Fed' mengelolanya, solusinya tidak lebih dari menaikkan suku bunga, dan pasar saham akan runtuh sebelum ekonomi memasuki siklus kenaikan suku bunga sebelum secara fundamental membaik. Begitu gelembung besar meledak oleh pelepasan air (uang) yang hiruk pikuk selama dekade terakhir ini meledak, Depresi Hebat akan segera datang.

Pada saat itu, tidak hanya AS yang akan terpukul keras, tetapi Biden juga akan sama seperti Hoover dalam Depresi Hebat tahun 1929. Bagaimana mengatasi masalah ini karena Depresi Hebat? Jelas tidak bisa menyelesaikannya.

Jika memang AS punya solusi, gelembung itu tidak akan meledak sampai seperti sekarang, dan kesenjangan antara si kaya dan si miskin akan semakin melebar hingga populisme membanjiri AS dan masyarakat terkoyak.

Kalau tidak bisa diselesaikan, hanya bisa ditunda. Menunda sampai revolusi teknologi keempat pecah dan juga akan menyeret Tiongkok, membiarkan sebagian besar Eropa akan jatuh dulu, biarkan AS memulihkan darahnya dan hutangnya diratakan, biar gelembung menjadi adil atau lebih masuk akal.

Tentu harapan seperti ini sangat tipis, tapi tidak ada jalan lain, dan bagaimana Biden bisa menyeretnya? Sejujurnya, Biden benar-benar miskin saat ini, dan satu-satunya hal yang masih bisa dia lemparkan adalah secara aktif berkompromi dengan Tiongkok.

Yang pertama adalah membatalkan tarif yang dikenakan Trump. Pada era Trump, perang dagang dengan Tiongkok memberlakukan tarif mulai dari 7,5% hingga 25% untuk barang-barang dari Tiongkok.

Awalnya, hal ini dimaksudkan untuk menjatuhkan Tiongkok. Biden setelah mengambil takhta, dia juga menggunakannya sebagai akar permainan kepada Tiongkok, memaksa Tiongkok untuk mau berbuat lebih banyak tawar-menawar untuk konsesi, tetapi tidak pernah dinyana ketika pandemi datang, semua negara manufakturnya ditutup, dan hanya jalur produksi Tiongkok yang dapat terus melanjutkan dan menghasilkan produksi.

Dan akibatnya ekspor produk Tiongkok ke AS bukannya turun, tapi malah naik. Ditambah dengan pengenaan tarif, ekspor Tiongkok ke AS naik, itu berarti penambahan tarif itu semua harus ditanggung oleh konsumen AS sendiri.

Hal ini mungkin masih dapat ditoleransi sebelum inflasi meningkat, tapi sekarang setelah inflasi meningkat, kemungkinan besar gelembung akan pecah dan Depresi Hebat akan datang.

Pada saat ini, jika tarif terhadap Tiongkok tidak dihapuskan, itu bukan untuk menjatuhkan Tiongkok, tetapi justru mendorong diri AS sendiri ke dalam tungku api.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun