Meneruskan postingan penulis yang lalu tentang HAM, perlu kiranya juga kita melihat bagaimana kenyataan HAM di AS dan Barat. Baca:
Perbincangan Tentang Apa Itu HAM?
Dan merebaknya Pandemi Covid-19 telah membuka mata orang-orang dunia bagaimana sistem polilik suatu negara bekerja dalam melindungi HAM rakyatnya.
Pada tahun lalu (2020) di AS meletus demonstrasi besar-besaran menentang diskriminasi rasial yang melanda seluruh AS. Kemudian slogan yang diteriakkan oleh orang-orang saat itu adalah "Black Lives Matter (Kehidupan orang kulit hitam juga kehidupan)".
Sehingga ada pengamat dan analis luar yang berpandangan, dengan meletusnya pandemi Covid-19 kali ini, dimana rakyat AS telah mengalami jumlah orang yang terpapar dan meninggal akibat pandemi menjadi yang terbesar di dunia. Maka rakyat negara ini patut meneriakkan slogan "American Lives Matter/Kehidupan Orang Amerika Juga Kehidupan)".
Bahkan jika karena berbagai alasan mereka tidak dapat mengucapkan slogan seperti itu, patutlah kita dari dunia luar dapat meneriakkan untuk mereka "American Lives Matter/Kehidupan Orang Amerika Juga Kehidupan)".
Namun otoritas AS yang mengabaikan HAM yang paling dasar, yaitu hak untuk hidup, masih memiliki "keberanian" untuk mengkritik  negara luar di dunia atas pelanggaran HAM.
Bahkan pada Hari HAM Sedunia tahun lalu 10 Desember, di AS beberapa hari itu telah terjadi kematian karena terpapar Covid-19 dalam satu hari mencapai sekitar 3000an orang.
Pada hari itu juga telah terjadi di Tiongkok Kedubes AS di Beijing dalam Weibo (semacam twitter) menyeruhkan kepada rakyat Tiongkok untuk "berani berdiri dan bangkit untuk melakukan protes secara damai".
Maka jurubicara Kemenlu Tiongkok Hua Chunying mengatakan pada konferensi pers reguler keesokan harinya bahwa apa yang dilakukan AS untuk masalah HAM memungkinkan dunia untuk melihat apa yang disebut "HAM munafik AS seperti di texbook".