Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Apa Alasan Trump-AS Mundur dari Suriah

12 Februari 2019   13:06 Diperbarui: 12 Februari 2019   13:19 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suriah

Disini, dulu adalah tanah yang penuh susu dan madu

Taman impian yang membawa cahaya kebahagiaan

Sumber: Pilot Guides
Sumber: Pilot Guides
Sumber: india.com
Sumber: india.com
Dalam Perang Proxy Antar Negara Utama Yang Dipenuhi Api dan Asap

Suriah Menjadi Neraka Dunia

Dipenuhi Dengan Ketakutan, Pembunuhan, Penderitaan, Kematian dan Ketakutan Untuk Melahirkan

Kapankah Fajar Kedamaian Akan Menyingsing Disini.....

Yang jelas AS masuk ke Suriah tidak akan mendatangkan kedamaian, kesejahteraan bagi rakyat Suriah.

Kini pada saat para pihak memasuki tahap penyelesaian, mendadak Presiden AS Donald Trump menyatakan akan keluar dari Suriah. Dengan mengumuman ini terjadilah situasi mendadak di Suriah dengan pergerakan baru dari para kontestan dalam perang ini.

Minggu lalu penulis ada posting :  Militer AS Ditarik dari Suriah Bisakah Suriah Menjadi Damai? 

Mengapa Trump dalam situasi demikian mendadak akan menarik militernya dari Suriah?

Pada 19 desember 2018, Trump mengatakan dia akan menarik pasukan dari Suriah.  "Kami menang melawan ISIS," kata Trump dalam video yang diposting di Twitter pada 19 Desember.

Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari yang sama bahwa AS telah mengalahkan "ISIS" yang sebelumnya menguasai wilayah-wilayah tertentu di Suriah. AS telah mulai menarik pasukannya dari Suriah, tetapi AS dan sekutunya akan terus mengambil tindakan untuk membela kepentingan AS sesuai kebutuhan.

Juru bicara Departemen Pertahanan AS Dana W. White mengkonfirmasi pada hari yang sama bahwa militer AS telah memulai proses penarikan, tetapi untuk alasan keamanan, tidak ada rincian yang diberikan. Media lokal mengutip seorang pejabat AS anonim yang mengatakan bahwa AS berencana untuk menyelesaikan penarikan dalam 60 hingga 100 hari.

Beberapa analis menunjukkan, penarikan pasukan AS oleh pemerintah Trump saat ini, terutama didasarkan pada dua pertimbangan: satu adalah bahwa AS mencoba untuk keluar dari Suriah, yang lain adalah bahwa AS dapat mencapai konsensus tertentu dengan pemerintah Turki mengenai masalah kelompok bersenjata Kurdi-Suriah dan menghindari terciptanya masalah perbedaan yang lebih besar dengan pihak Turki.

Analis menunjukkan bahwa penilaian Trump sendiri terhadap situasi "ISIS"  sangat berbeda dengan pendapat anggota senior militer AS, kepemimpinan Kongres, dan anggota utama Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

CNN mengutip para pejabat anonim yang mengatakan bahwa Menteri Pertahanan AS Matisse, Menlu Pompeo, dan Penasihat Keamanan Nasional Presiden Bolton semuanya menentang penarikan segera dari Suriah.

Pada bulan April tahun lalu, Trump pernah mengatakan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, operasi militer AS di Timur Tengah telah menghabiskan banyak uang tetapi "tidak menghasilkan apa-apa." Mereka menyerukan untuk "membawa pulang tentara", tetapi dugaan insiden senjata kimia berikutnya memaksanya untuk menunda menekan "tombol Jeda."

Pada bulan Agustus, Menteri Pertahanan AS Matisse mengusulkan tiga prasyarat untuk penarikan: kekalahan total dari "ISIS", pelatihan angkatan bersenjata lokal Suriah untuk memungkinkan mereka menjaga keamanan, kemajuan dalam proses pembicaraan damai Jenewa.

Pada bulan September, Trump menyetujui "Strategi Suriah Baru" di bawah bujukan para pembantunya, memperpanjang durasi kehadiran militer AS di Suriah hingga waktu yang tidak ditentukan. "Sampai situasi di wilayah yang diselamatkan dari teroris stabil dan 'ISIS' sepenuhnya dihilangkan dari " Ancaman bangkit kembali. "

Joseph Dunford Kepala Staf Gabungan Angkatan Darat AS, mengatakan awal bulan ini bahwa upaya militer AS di Suriah untuk melatih kelompok bersenjata Suriah untuk melawan "ISIS" bangkit lagi masih jauh dari cukup.

Joseph Dunford, juga mengatakan bahwa militer AS harus melatih 35.000 hingga 40.000 pasukan bersenjata di Suriah. Saat ini hanya 20% yang selesai, dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Militer AS sekitar 2000an orang yang ditempatkan di Suriah, sebagian besar di Suriah utara. Dengan alasan melatih membantu angkatan bersenjata Kurdi dan Arab untuk memerangi "ISIS."

Keputusan Trump Bukan Mendadak

Pejabat anonim di Gedung Putih membantah bahwa pengumuman Gedung Putih tentang penarikan pasukan AS"mendadak/membuat semua pihak tidak siap" pada konferensi pers hari itu, mengatakan bahwa keputusan itu konsisten dengan posisi Trump sejak ia terpilih sebagai presiden pada tahun 2016.

Pada 3 April tahun lalu, Trump mengatakan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, operasi militer AS di Timur Tengah telah menelan banyak biaya tetapi "tidak ada menghasilkan apa-apa".  Dia berharap AS dapat menarik pasukannya dari Suriah.

Sumber: Donald Trump twitter
Sumber: Donald Trump twitter
Analis menunjukkan bahwa pemerintahan Trump, yang menjunjung tinggi konsep "America Firtst", tidak puas dengan kehadiran militer berskala besar AS di luar negeri dan percaya bahwa praktik mahal semacam itu tidak membawa manfaat besar bagi AS. Pemerintahan Trump mencoba menarik diri militer AS dari "lumpur/mire pool" perang Suriah, sehingga menambah keuntungan politik bagi dirinya sendiri.

Wayne White, mantan pejabat senior Departemen Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Tengah, percaya bahwa keputusan Gedung Putih untuk menarik pasukan juga terkait dengan ancaman baru-baru ini dari Turki untuk berperang melawan pasukan Kurdi di bagian timur laut Suriah.

Seperti diketahui akhir-akhir ini, hubungan antara AS dan Turki telah tegang karena niat pihak Turki untuk memulai operasi militer melawan angkatan bersenjata Kurdi. Presiden Turki Erdogan mengatakan pada tanggal 12 Desember bahwa Turki akan memulai operasi di sebelah timur Sungai Eufrat Syria.

White menunjukkan bahwa Turki dapat melintasi perbatasan untuk menyerang pasukan bersenjata Kurdi Suriah yang didukung oleh AS, yang juga menyebabkan Trump khawatir bahwa keamanan militer AS setempat terancam. 

Para pemimpin AS dan Turki melakukan panggilan telepon pada masalah Suriah pada 14 Desember lalu. Mereka tidak mengesampingkan bahwa kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan selama pembicaraan tilpon tersebut, dan keputusan Trump untuk menarik pasukan juga mungkin terkait dengan perjanjian tersebut.

Menurut ahli Timteng, Turki selalu khawatir bahwa pasukan Kurdi di Suriah akan menduduki wilayah lebih besar dan menjadi lebih kuat serta menyebabkan kecenderungan separatis dalam negerinya. 

AS telah melatih angkatan bersenjata Kurdi untuk berperang melawan "ISIS" di Suriah, yang telah lama menyebabkan ketidakpuasan Turki. Pemerintahan Trump telah memutuskan untuk menarik pasukannya dan juga mempertimbangkan meningkatkan hubungan dengan Turki.

Sumber: www.bbc.com
Sumber: www.bbc.com
Situasi Menjadi Lebih Bervariabel 

Analis menunjukkan bahwa penarikan pasukan AS akan berdampak pada situasi anti-terorisme di Suriah, nasib angkatan bersenjata Kurdi, dan proses perdamaian Suriah.

Turki dapat meningkatkan tindakan kerasnya terhadap angkatan bersenjata Kurdi. Organisasi teroris mungkin mendapatkan kesempatan untuk melakukan serangan balik. Situasi anti-terorisme di Suriah dapat berbalik.

Masalah Kurdi melibatkan kepentingan semua pihak. Keputusan penarikan AS telah menjadikan isu Kurdi menjadi fokus dari proses perdamaian Suriah. Analis politik Suriah Ayim Amir percaya bahwa angkatan bersenjata Kurdi di Suriah sebelumnya menerima "bantuan" militer AS. 

Setelah penarikan militer AS, angkatan bersenjata Kurdi menghadapi masa depan yang tidak pasti, atau bernegosiasi dengan pemerintah Suriah dan bergabung dengan proses politik Suriah. 

Atau menghadapi serangan militer dari Turki. Untuk beberapa waktu mendatang, nasib angkatan bersenjata Kurdi akan membawa variabel ke proses perdamaian Suriah.

Darrell West, seorang peneliti senior di Brookings Institution dari think tank AS, mengatakan bahwa pertanyaan tentang siapa yang akan dibersihkan oleh intervensi militer AS dan siapa yang akan bertanggung jawab untuk mengisi kesenjangan pemerintahan dan keamanan setelah penarikan pasukan AS, maka akan terus mempengaruhi pergerakan semua pihak yang terlibat di Suriah dan akan terus mempengaruhi perkembangan situasi di Timur Tengah.

Karena penarikan pasukan tidak berarti bahwa pengaruh AS memudar. Ini bukan pemindahan kepentingan. Ini adalah hasil dari pembuat kebijakan AS yang meninjau keuntungan dan kerugian, penyesuaian kebijakan, mengintegrasikan kembali hubungan, dan menciptakan "keseimbangan lepas pantai." AS akan terus memberikan pengaruh pada situasi Suriah, dan kompetisi dan permainan antara pihak-pihak lain di Suriah juga akan menjadi lebih intens.

Sebagian besar kalangan politik dan akademisi di AS percaya bahwa meninggalkan kehadiran militer jangka panjang di Suriah adalah "kesalahan besar." Mengingat hal ini, Gedung Putih menekankan bahwa penarikan pasukan tidak berarti mengakhiri aliansi internasional, juga bukan berarti "ISIS" sudah abenar-benar ditumpas.

Dibalik Motivasi Penarikan Ini

Para analis menunjukkan bahwa Trump, meskipun ditentang keras dan mendapat tekanan politik dari pemerintah, Kongres, dan militer, dengan tegas menarik pasukan dari Suriah, dengan banyak pertimbangan di belakangnya. 

Sejak pecahnya "Gerakan Musim Semi Arab,"  situasi di Timur Tengah menjadi semakin kompleks, dengan perjuangan sektarian, terorisme, gerakan demokrasi, dan intervensi eksternal yang saling terkait, dan perdamaian serta konflik telah berputar. 

Dalam hal ini, Trump memiliki pemahaman yang berbeda tentang kepentingan strategis Suriah dengan establishment AS tradisional.

Mengingat karakteristik geopolitik Timur Tengah, Trump merasa lebih baik untuk mengubah dari secara membabi buta dari dominan dalam ke intervensi terbatas, dan kemudian dari arah intervensi terbatas menjadi operasi di belakang layar, mengurangi investasi melalui "kontraksi global", menurunkan "beban tanggung jawab", dan mencapai maksud "penghentian kerugian strategis", dengan demikian memperoleh modal politik, melayani kebutuhan politik domestik, dan menyesuaikan kebijakan luar negeri untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya.

Dilihat dari situasi domestik di AS, pandangan masyarakat Amerika tentang perang Suriah sangat berbeda dari pandangan kebijakan AS.

Sebuah jajak pendapat tahun 2017 menunjukkan bahwa hanya 17% dari publik AS percaya bahwa AS harus mempertahankan kekuatan militer di Suriah. Penarikan Trump dimaksudkan untuk memberikan perhatian kembali kepada publik dan memenuhi janji kampanyenya.

Pada saat yang sama, Trump saat ini menghadapi tekanan luar biasa dari berbagai peristiwa seperti penyelidikan "Russian Gate", dan penarikan pasukan dari Suriah dapat mengalihkan perhatian dari masyarakat AS.

Selain itu, dalam dua tahun ke depan, Trump akan menghadapi Dewan Perwakilan Rakyat yang ada di bawah kendali Partai Demokrat.  Pelaksanaan berbagai agenda politik dalam negeri akan menghadapi hambatan yang lebih besar. 

Oleh karena itu, Trump perlu mengerahkan kekuatannya dalam urusan internasional dan memberikan poin tambahan untuk persiapan pemilihan kembali pada pemilu tahun 2020.

Dari perspektif lingkungan internasional, penarikan AS dari Suriah juga memiliki pertimbangan untuk memperbaiki hubungan dengan sekutu tradisional NATO Turki.

Beberapa analis menunjukkan bahwa penarikan militer oleh Trump diputuskan untuk rentang waktu yang "sangat halus", dan AS dan Turki memiliki interaksi yang sering dan dekat selama periode ini.

Pada 14 Desember lalu, Trump berbicara dengan Presiden Turki Erdogan dan bertukar pandangan tentang isu-isu seperti situasi Suriah dan mencapai "pemahaman politik diam-diam" tentang masalah angkatan bersenjata Kurdi di bagian timur laut Suriah.

Pada 18 Desember, Departemen Luar Negeri AS menyetujui pembelian sistem pertahanan rudal Patriot AS senilai US $ 3,5 miliar untuk Turki, yang mengakhiri perdebatan selama bertahun-tahun.

Mengenai masalah ekstradisi tokoh agama yang lari dari Turki, masalah upaya percobaan kudeta yang lalu, dan "insiden Ahmad Khashoggi" (pembunuhan wartawan Arab Saudi di Konsulat Arab Saudi di Turki), kedua negara juga menunjukkan sikap yang relatif "terbuka" dibandingkan dengan masa lalu, yang tidak dapat dipisahkan kompromi dari pencabutan AS  dari Suriah.

Kocok Ulang atau Penyesuaian Kembali Kekuatan Utama Di Timteng

Jika AS menarik pasukannya, itu akan memiliki dampak mendalam dan luas pada pola medan perang Suriah dan bahkan proses perdamaian di masa depan. 

Karena sifat dasar perang proxy dalam perang Suriah, kekosongan kekuasaan setelah keberangkatan AS akan diisi oleh kekuatan regional seperti Rusia dan Turki. Dalam proses ini, semua pihak yang relevan pasti akan menghasilkan perselisihan kepentingan dan kontradiksi strategis.

Potensi masalah antara Rusia dan Turki juga akan muncul. Secara khusus, kedekatan AS dengan Turki akan berdampak serius pada masalah Suriah-Rusia. Dengan kombinasi kepentingan yang dipentaskan, situasi ketiga negara "menahan kelompok untuk melakukan pemanasan hubungan persahabatan" mungkin hancur atau bahkan tidak ada lagi.

Angkatan bersenjata Kurdi di Suriah menganggap penarikan AS sebagai "menusuk pisau di belakang Kurdi," yang setara dengan lampu hijau bagi Turki untuk memulai operasi militer melawan pasukan bersenjata Kurdi.

Presiden Perancis. Macaron sangat menyesalkan keputusan AS untuk menarik diri dari Suriah, menganggap sekutu harusnya bisa diandalkan. Perancis percaya bahwa tulang punggung perang melawan terorisme, angkatan bersenjata Kurdi telah memberikan kontribusi besar, oleh karena itu, Perancis percaya bahwa kekuatan yang telah berjasa memerangi terorisme bukannya harus dihancurkan, tetapi harus dilindungi dan didukung. Sikap Prancis ini menjadi hambatan diplomatik dan militer utama dengan Turki.

Pada 20 Desember lalu, Menteri Pertahanan Turki Halusi Akar mengatakan bahwa setelah waktunya matang, tentara Turki akan memasuki pantai timur Sungai Eufrat dan Manbij dan akan mengubur pasukan bersenjata Kurdi di sana.

Karena ancaman kelangsungan hidup dan hilangnya AS, angkatan bersenjata Kurdi kemungkinan akan mengambil inisiatif untuk menghubungi pemerintah Bashar dan Rusia, untuk sementara waktu mengabaikan tuntutan politik kenegaraan yang merdeka, menyesuaikan moda otonomi di kawasan Suriah utara, dan mengutamakan keselamatannya sendiri, dan melepaskan beberapa manfaat ekonomi dari daerah penghasil minyak.

Setelah "pengambil-alihan" oleh Rusia, itu akan membentuk pertentangan "perlindungan nilai" dengan kepentingan Turki. Kontradiksi asli antara AS dan Turki secara langsung akan berkembang menjadi kontradiksi antara Turki dan Rusia.

Turki dapat mendorong pasukan oposisi Suriah di bawah kendalinya untuk menentang pengaturan politik yang dipimpin oleh pemerintah Bashar. Penyelesaian politik dan proses rekonstruksi Suriah akan menghadapi kompleksitas dan ketidakpastian jangka panjang.

Di sisi lain, penarikan AS secara obyektif telah sangat mengurangi hambatan bagi ekspansi pengaruh regional Iran, Iran akan semakin memperdalam kerja sama dalam segala bidang dengan pemerintah Suriah dan memperkuat kehadiran militernya di Suriah, yang menjadi ancaman serius bagi Israel.

Untuk waktu yang lama, Rusia telah mempertahankan hubungan yang rapuh dengan Israel dalam kerja sama rendah. Israel tidak mengikuti AS untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, dan Rusia juga tetap diam mengenai serangan udara Israel terhadap sasaran-sasaran Suriah.

Berdasarkan hal ini, Rusia juga akan menghadapi tantangan pilihan strategis.

Sedangkan penarikan pasukan AS dari Suriah bukannya ditarik ke negaranya, mereka tidak ditarik ke kawasan di luar daerah itu, tetapi ditarik ke Irak. Karena pangkalan militer militer AS di Irak sangat berlimpah, kapasitasnya untuk menampung pasukan sangat besar. 

Jangankan hanya dua ribu orang dari Suriah dan dua puluh ribu orang sekalipun dapat diterima di pangkalan AS di seluruh Irak. Karena itu, AS hanya menarik diri dari garis depan ke garis kedua dan menarik dari medan perang ke barak terdekat. Sehingga mudah untuk kembali lagi.

Maka perdamaian dan kesejahteraan di Suriah tampaknya masih sulit untuk dibayangkan......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun